PART 37

67.5K 4.3K 375
                                    

Setelah membersihkan diri, Gavin kembali menemui orang-orangan tadi dibawah. Elen yang lagi-lagi ada di gendongannya juga sudah wangi karena beberapa menit yang lalu mereka mandi bareng. Tentunya Elen dimandikan terlebih dulu baru Gavin yang mandi.

Sampai dibawah, Gavin mulai menceritakan apa yang terjadi selama di desa. Ia ceritakan semua tentang Vanya, Elen, bahkan warga-warga di desa itu.

Kara dan Acel meneteskan air mata. Vanya hidup begitu susah sampai memulung sama sekali tidak ada di bayangan mereka. Apalagi ada anak kecil yang harus mereka hidupi seorang diri. Belum warganya yang sangat kurang ajar langsung membuat Kara dan Acel mendidih.

"Nah Elen, yang ini namanya Tante Acel. Kalo yang itu, Tante Kara. Terus yang ini..."

"Om do-dok-ter!" Seru Elen mengingat siapa Bevan.

Gavin sedikit cemberut, "Kok inget banget sama Om dokter?"

"Ka-karena a-aku da-dapat ba-nyak, ma-mainan," Jawab Elen semengertinya.

"Biasa aja kali, Vin. Aku gak bakal rebut anakmu, tapi kalo anakmu sendiri yang mau ya udah..." Canda Bevan disinisin oleh Gavin.

"Jadi, dia anaknya Vanya?" Gumam Acel bengong memandang Elen yang sedang meminum segelas susu dan duduk bersebelahan dengan Gavin di sofa panjang.

Gavin mengangguk, "Ya anak gue juga."

"Cih," Acel berdecih kecil. "Hai sayang, cantik banget sih kamu, gemesss!!" Ucapnya setelah itu. Dia beneran gemas dengan Elen.

Saking gemasnya, Acel nyaris mencubit-cubit pipi Elen. Hal itu langsung di tangkas Gavin karena bisa aja Elen iritasi kalau kulitnya dipegang sama orang. Gavin tak mau itu terjadi.

"Gavin," Panggil Kara juga terbengong sama seperti Acel tadi. "Gue gak nyangka lo jadi Papa. Ini gak lagi ngada-ngada kan?"

"Gak ada waktu buat gue ngada-ngada," Jawab laki-laki itu tegas tanpa berbohong.

"Elen, sini Aunty pangku. Mau gak?" Sahut Acel sambil menepuk-nepuk pahanya.

Elen menyerahkan gelas susu kepada Gavin. Minuman itu tidak habis sebab Elen tak biasa minum susu.

Setelah merasa kenyang, Elen menggeleng menolak tawaran Acel. Dia malah lebih mendekatkan diri pada Gavin. Gavin pun membawa anaknya ke dalam pangkuan dan merengkuhnya dari belakang.

Mereka sering kayak gitu.

"Nempel banget," Sahut Bevan lalu terkekeh kecil.

"Bagus lah, untung nempelnya ke gue, bukan ke orang lain," Balas Gavin ngawur.

"Hm... terus sekarang Vanya dimana?" Tanya Bevan mengingat saat Gavin cerita tadi katanya Vanya dibawa pergi oleh Clara dan meninggalkan Elen sendiri.

Drttt... Drttt...

Hendak menjawab, bunyi dering ponsel Kara membuat keseriusan mereka buyar. Kimberly kembali menelfon. Spontan perempuan itu menepuk jidat. Dia lupa kalau harus segera pergi ke puncak.

"Astaga, Gavin sorry, gue harus pergi. Elen, nanti kita main sama-sama ya! Bye semua!!" Ucap Kara berlari buru-buru menuju pintu utama.

"Kemana?" Tanya Gavin menatap heran kakak perempuannya yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.

"Ada janjian ke puncak," Jawab Bevan dan diangguki Gavin.

"Terus, sekarang Vanya hilang lagi?" Raut Acel kembali sedih. Gavin juga tak kunjung menjelaskan bagaimana keadaan Vanya sekarang.

"Bukan hilang, Vanya di bawa pulang sama tante Clara," Balas Gavin seadanya.

"Berarti gue bisa ke rumahnya sekarang?"

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang