PART 47

41.4K 3.2K 478
                                    

"Kita mau kemana?" Tanya Vanya dengan memegang pinggang Gavin erat. Dia takut jatuh dari sepeda.

"Aku punya tempat favorit disini," Jawab Gavin berbunga, pandangan matanya fokus menatap depan, Vanya mengangguk.

"Papa se-seneng ya ke-ker-ja di-si-ni? Ka-pan pu-pulang-nya?" Tanya Elen mendongakkan kepala menatap Gavin.

Laki-laki itu mengulas senyum, dia tetap fokus menatap depan agar tidak terjadi kecelakaan dadakan. Sedari tadi kayuhan sepedanya pun stabil. Tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lama. Hal itu membuat Vanya dan Elen menikmati perjalanan malam mereka.

"Masih lama. Elen gimana? Seneng gak tinggal sama Mama lagi?" Tanya Gavin setelahnya.

Kepala anak kecil itu mengangguk, "Se-neng, ta-tapi le-bih se-se-neng ka-lau sa-sama Papa ju-ga."

"Gak bisa Sayang, Papa kan banyak kerjaan."

Mendengar kalimat itu keluar dari mulut Gavin, Elen menunduk. Dia sedih Papanya menolak dan lebih mementingkan pekerjaan.

"Nah, sampai!" Seru Gavin lalu memberhentikan sepeda ditempat parkir tempat itu.

Vanya lebih dulu turun dari sepeda lalu memperhatikan sekeliling. Lampu gantung yang begitu indah menghiasi tempat ini sangat menggugah matanya. Indah sekali.

Gavin menggendong Elen agar segera turun dari sepeda. Setelah dua berliannya turun tanpa luka, Gavin memarkirkan sepeda itu ketempat yang lebih benar.

"Ayo," Ajaknya, "Mau makan apa?"

Dihadapan mereka itu adalah sebuah angkringan yang warga desain unik guna menarik perhatian orang-orang. Banyak meja dan kursi tersedia di sana. Kebetulan juga malam ini angkringan ramai hingga Gavin agak kesulitan mencari tempat duduk.

"Disitu ada tempat," Tunjuknya melihat sebuah tempat yang belum diduduki orang.

Kedua tangan Gavin spontan menggandeng tangan Vanya dan Elen menuju ke tempat itu. Ia tarik kan kursi untuk Vanya duduk lalu mengangkat Elen duduk di kursi sisi sebelahnya.

Posisinya sekarang, dihadapan mereka terdapat sebuah meja berbentuk persegi, Vanya berhadapan dengan Gavin, lalu Elen berada di antara mereka. Gadis kecil itu menoleh ke sana kemari menatap indahnya lampu kuning yang menggantung di atas.

"Mau makan apa?" Tanya ulang Gavin menatap Vanya

Vanya yang ditatap pun tiba-tiba kikuk. Suasana apa ini? Jujur saja ini pertama kali Vanya diperlakukan seperti ini oleh seorang lelaki selain dari orang-orangan rumahnya.

"Maaf Van, aku belum tahu makanan yang kamu sukai sama yang gak kamu sukai apa," Lanjut Gavin sebab tak mendengar jawaban apapun dari Vanya.

Gavin itu mikirnya, perempuan kalau diam berarti laki-laki harus tahu pesanan apa yang harus dia pesan untuknya. Ya, kayak pasangan pada umumnya lah, si perempuan gengsi mau bilang dia pengen ini itu.

Tapi maksud Vanya diam bukan gitu. Dia diam karena gak tahu mau makan apa. Di tanya makanan kesukaan dan yang tidak disukai, bahkan dia lupa makanan apa yang ia sukai dan tidak sukai setelah 6 tahun hidup dengan memakan makanan seadanya.

"Aku ikut kalian aja," Ucap Vanya setelah bingung beberapa saat.

Sejenak Gavin diam, "Kalau Princess ini mau apa?" Tanyanya kepada Elen sembari mengelus pucuk kepalanya.

"Na-nasi ku-cing yang la-uk-nya te-tempe sama su-susu!" Serunya, "Pa-kai es."

"Enggak Elen, ini udah malam. Nanti bisa flu," Larang Vanya membuat anak kecil itu sedih.

"Se-se-kali a-aja, Ma," Rayunya, Vanya tetap saja menggeleng.

"Ya udah, Papa pesan es teh nanti es nya Papa kasih ke Elen dikitttt, gimana?" Sahut Gavin berusaha membuat Elen senang kembali.

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now