PART 22

94.5K 4.2K 102
                                    

Setelah menelfon dan bertanya mengenai kontrakan dengan pak RW, kini Gavin sudah menemukan rumah untuk berteduh selama beberapa waktu ini. Rumahnya kecil, baru ini Gavin tinggal di rumah sekecil ini.

"Maaf, ya, Mas. Kontrakan disini kecil-kecil. Ini aja saya udah carikan yang paling besar, bersih, dan insyaallah terjamin bebas dari serangga-serangga." Kata pak RW selesai mengantar Gavin ke rumah itu.

"Gak apa, Pak. Lagian saya juga cuma bentar. Oh ya pak, mobil saya di depan gapura aman gak ya?" Tanya Gavin setelah menatap rumah di hadapannya.

"Aman, agak mepet kan parkirnya?"

"Ya kali saya parkir di tengah-tengah gapura?" Gavin terkekeh menanggapi pak RW dengan candaan. Pak RW pun juga tertawa kecil.

"Ya udah kalau gitu. Berhubung rumah ini dekat dengan rumah Vanya, bapak harap Mas bisa menggunakan kesempatan ini dengan baik. Sama saya minta tolong, jangan buat orang-orang disini salah paham ya."

"Siap, doain yang terbaik buat kita aja Pak."

"Pasti. Semoga Vanya juga mau pulang ke rumahnya. Kasian kalo orang tuanya cariin terus."

Yang Pak RW tahu mengenai Vanya dari Gavin adalah Vanya kabur dari rumah saat hamil, lalu Gavin yang notabene-nya teman Vanya datang kemari untuk mencari Vanya dan akan membawanya pulang ke rumah. Pak RW belum tahu siapa Gavin dan Vanya yang sebenarnya.

Setelah kepergian bapak itu, Gavin kembali menatap rumah yang akan ia tinggali beberapa hari ini. Selama hidup Gavin tak pernah merasa atau di suruh merasakan hidup dengan rumah sekecil ini. Sekarang tinggal bagaimana cara dia bertahan hidup.

•••••

05.40 wib.

Plak.

Plak.

Plak.

"Apa sihhh!" Dengan mata tertutup, Gavin memukul-mukul area badan yang terasa gatal karena digigit nyamuk. Pagi ini dingin, tapi badannya gatal-gatal.

Tak lama kemudian, dia memutuskan untuk bangun. Gavin menggaruk-garuk tengkuk dengan nyawa setengah sadar. Matanya mulai membuka. Satu kata untuk kesan pertamanya kali ini, sialan.

Drtt, drtt, drtt.

Mendengar hp berdering, laki-laki itu bergegas mengangkat telfonnya. Entah siapa yang menelfon sepagi ini, dia asal mengangkat saja.

"Ya?" Parau nya.

"Anjing, lo kemana?" Suara Kara.

"Lo gak pulang? Tidur dimana?"

"Tadi Mama nanyain lo kenapa gak pulang."

Cerewet sekali Kara hari ini, batin Gavin mencibir. "Emang lo gak dikasih tahu sama Kak Bevan?"

"Bevan sama temen-temen lo pergi dari semalem. Gak tahu kemana."

"Acel juga? Dia tahu kalo gue udah ketemu sama Vanya?"

"LO UDAH KETEMU SAMA VANYA?"

"Ck, Acel dulu gimana?"

"Nggak ikut mereka, Acel pulang. Belum ada yang tahu kalo lo udah ketemu sama Vanya. Tapi gak tahu sih kalo Bevan sama temen-temen lo udah tahu."

"Huh... gue udah temuin Vanya di desa terpencil. Kak asli, ini gue digigit nyamuk terus," Adu Gavin di telfon. Tangannya tak menganggur sebab sedari tadi terus menepuk-nepuk kaki agar darahnya tidak diambil banyak oleh nyamuk.

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now