PART 45

43.7K 3.2K 353
                                    

"Vel, Vel, Vel tolong ambilin celurit samping lo dong!" Pinta Alex yang sudah siap memanen hasil panenan diladang.

"Serem amat panen singkong pake celurit," Cibir Farel yang berada di sebelahnya.

"Sabit anying," Koreksi Gavin.

Celurit itu lebih ke senjata tajam, sedangkan untuk dipertanian lebih biasa dengan kata sabit atau arit. Itu kata pak Seno yang kemarin sempat menjelaskan sedikit tentang pertanian.

"Ya itu lah, terus ini nyabutnya gimana anjir?"

"Ya lo tarik batangnya, terus kalo ada umbi yang nyangkut baru lo cangkul. Noh dibelakang ada cangkul," Jawab Gavin dengan kesabarannya yang setipis tisu dituang air.

"Oke-oke. Ini gue gali tanahnya?"

"Lo makan juga boleh," Kata Gavin sibuk memanen singkong-singkong lain.

"Woi liat, gue bisa cabut singkong anjay!" Pekik Juna dari seberang sana. Dia mengangkat tinggi-tinggi singkong yang berhasil ia panen.

"Bagus, Jun! Sini deh panenin singkong yang disini," Sahut Alex kebablasan.

"Mata lo sepuluh! Panen aja sendiri," Balas Juna sepertinya sudah lelah. Padahal baru ke cabut satu batang singkong.

"Baru satu, Jun?" Tanya Farel, Juna mengangguk sembari mengelap keringat yang membasahi pelipis. "Gue udah banyak tuh," Pamer Farel.

"Sumpah?! Lo nyabutin empat batang itu? Gede-gede lagi singkongnya," Juna menatap singkong disebelah Farel tidak percaya.

"Farel baru satu, tiganya gue," Sahut Gavin kembali mencabut singkong yang keempat.

"GAVIN SUHU SINGKONG JIR!" Pekik Alex melotot mengetahui sudah banyak singkong yang Gavin panen.

Seminggu mereka berada di sana dan selama seminggu mereka juga mencoba melamar pekerjaan sebab tahu hp yang mereka bawa hanya bisa untuk chat dan menelepon anggota keluarga, tidak bisa untuk membeli barang yang mereka inginkan. Ini Adara bener-bener niat membuat hidup mereka susah.

"Lex, Lex, gue penggal pala lo," Marvel membawa sabit yang ternyata tidak jadi di pergunakan oleh Alex.

Dia itu sedang membuatkan teman-temannya teh di gubuk kecil pinggir ladang, tapi Alex malah meneriakinya. Kalau saja kerja mereka tidak dipantau oleh bos ladang, Marvel juga gak mau repot-repot bawain Alex sabit. Paling langsung dia lempar dari gubuk.

"Ya maaf, gue baru kerja hari ini jadi gak tahu," Ucap Alex berusaha sekuat tenaga mencabut singkongnya. "GUE BISA!"

"Nyeh, baru satu. Gavin udah lima, Farel udah otw empat, Juna diem-diem udah tiga, lo baru satu," Ejek Marvel lalu pergi kembali ke gubuk.

"Dari pada lo! Cuma buat teh," Balas Alex tak mau kalah dengan Marvel.

Marvel berhenti lalu berbalik badan, "Kalo gue gak buat teh, kalian dehidrasi. Mau lo dehidrasi?! Diinfus aja nangis sok-sokan bacot."

"UDAH ANJING, kalian gak capek apa debat terus?!" Ketus Gavin tobat memiliki teman seperti mereka.

"Mampus lo di marahin Gavin," Kata Farel memanas-manasi keadaan. Tak mau makin dimarahi, Marvel bergegas menuju gubuk.

"UDAH LIMA NIH GUE!" Sambung Juna tak melihat adegan adu bacot antara Alex dan Marvel. Dia dengar cuma malas aja kalau sampai harus lihat.

"Hust, ada yang abis dimarahin," Ucap Farel tengil.

"Waduh, kenapa tu bang?!" Balas Juna ikutan tengil.

"Biasalah, pertengkaran kakak beradik." Maksudnya itu pertengkaran antara Alex dan Marvel. Mereka dari dulu mana pernah akur. Kalau akur pun cuma beberapa detik.

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now