PART 9

100K 5K 13
                                    

03.45 wib.

"Aden baru pulang? Mau bibi buatin teh sama cheese cake kesukaan Aden?" Tawar seorang art yang membukakan pintu mansion untuk Bevan.

"Bibi tidur aja. Udah mau ganti shift pagi juga kan? Aman kok, aku udah makan tadi di rumah sakit."

Art itu mengangguk, "Kalau Aden mau sesuatu bilang aja. Ya sudah bibi lanjut ke dapur, permisi."

Bevan melanjutkan jalan menuju dimana kamarnya berada. Lift terbuka dilantai tiga. Kamarnya berada di lorong kiri, namun kenapa lorong kanannya gelap sekali? Tidak biasanya lorong bagian kanan gelap.

Sebelum masuk ke dalam kamar, Bevan berjalan ke lorong kanan. Sampai lah dia di sebuah ruang bersantai lorong tersebut. Tv besar yang menempel di dinding ruang itu menyala, ada seseorang yang duduk di sofa seperti huruf L.

"Kak?" Panggil Bevan sembari mendatangi kakaknya.

"Nggak tidur di rumah sakit?" Sahut si kakak dengan pandangan mata fokus menatap drama korea di tv.

"Kakak nggak tidur? Udah mau jam empat." Bevan duduk di sebelah sang kakak.

"Dokter jorok. Dateng-dateng gak ganti baju, gak mandi, pantes gak ada cewek yang mau deket sama kamu dek."

"Ngatain diri sendiri? Tadinya sih aku mau langsung ke kamar. Tapi ngelihat lorong kamar kakak gelap, aku jadi pengen nyalain lampunya dulu. Eh malah ketemu kakak disini gelap-gelapan. Why?"

"Everything oke." Jawabnya tak mau Bevan terbebani.

"Gaya banget. Ayolah, cerita."

"Gak ada apa-apa, Van. Lagian belakangan ini kakak lihat kamu lagi sibuk-sibuknya. Istirahat sana, ntar capek."

"Ck, kak..." Rengek Bevan tak suka dianggap seperti anak kecil.

Kara tertawa kecil melihat adiknya kegelian. Habisnya, goda Bevan itu seru.

"Besok kamu masuk?" Tanya Kara mengubah topik.

Bevan menggeleng, "Sea yang ke rumah sakit."

"Udah lama tuh Sea gak kesini. Kamu sama dia oke kan?"

"Oke kok. Kemarin Sea sempet ke Lombok terus transit beberapa hari di Jogja. Makannya nggak main ke rumah." Kara mengangguk, bibirnya berbentuk o menjawab jawaban Bevan.

"Kapan mau nikahin Sea?" Lagi-lagi Kara menggoda adiknya.

"Kakak apaan sih, kenapa nggak kakak aja yang nikah?" Sebal Bevan.

"Kakak mau nikah, tapi nunggu Adekmu nikah dulu. Kasian Mama kalo kakak tinggal nikah. Nanti darah tinggi terus ngadepin Gavin."

"Loh, Gavin disini?" Kara mengangguk.

"Pantes lorong tengah tadi lampunya yang nyala gak cuma lampu kecil. Terus pintu kamar dia juga agak kebuka. Kirain bibi lagi bersihin kamar."

"Ngomong-ngomong bawa oleh-oleh apa tuh dia dari Singapura?" Lanjut Bevan.

"Oleh-oleh penyakit." Dahi Bevan berkerut.

"Gavin sakit?" Kara menggeleng.

"Ntar juga kamu tahu sendiri. Sana gih ke kamar, istirahat. Kasian kamu pasti capek bolak-balik desa, Jakarta."

"Iyaa kakakku sayang. Ya udah aku ke kamar ya, kakak jangan lupa istirahat," Ujar Bevan sambil berjalan keluar lorong kamar Kara.

•••••

"Good morning anak manis," Dokter perempuan itu tersenyum ramah kepada Elen.

Brankar Elen dibuat menjadi duduk. Tampak wajah anak manis itu yang sedang kebingungan. Sepertinya dia juga ketakutan.

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang