Prelude

1.1K 106 19
                                    

ANGKOR WAT, CAMBODIA
2020

          Dinar menguntit seseorang yang sejak awal ia duga adalah Plumeria. Instingnya tertarik sangat kuat, tak ubah gelondongan besi yang terbang menuju medan magnet. Aura yang sekilas ia cermati, memancar terang menyerupai miliknya. Indigo pekat berbias kuning dan merah selaku sub-aura kombinasi. Sangat unik, namun sayangnya sudah dikotori bayangan hitam.

          Sosok intaian, Plumeria, tampak mengenakan tunik hitam sepanjang lutut. Rambut disanggul asal. Sebuah scarf kuning terlilit asal di leher jenjangnya. Sepandai-pandainya bunglon berkamuflase, suatu waktu, warna aslinya pasti terjilat juga. Dinar sempat men-scan aura Plumeria saat gadis itu datang ke Hudson Mansion, saat dia mengembalikan Victoria langsung ke dekapan Aurora. Plumeria dengan tegas mendeklarasikan perang melawan semua orang.

          Bahkan melawan Rickard Hudson, papa kandungnya sendiri.

          Dinar dan para pimpinan Ace bersumpah akan mengupayakan penangkapan Plumeria atas kekejaman dan fitnah yang dialamatkan pada Zeal. Ia hanya satu dari banyak saksi perjuangan Alan mengalahkan Lamia. Hanya saksi, ia tak bisa berbuat apapun saat Lamia membakar sang titan hidup-hidup. Aurora berhasil memadamkan Alan dengan ikut membakar dirinya, lantas mengusir Lamia ke siapapun yang mengirimnya. Sedangkan dia, Plumeria—dengan santai melenggang pergi—membersitkan segaris senyum memprovokasi. Plumeria berpestapora seakan sudah menang final atas segalanya.

          Saat itulah Zeal menjatuhkan sumpah yang sangat kejam, yakni takkan mati sebelum membakar Plumeria dengan tangannya sendiri. Dia akan membuat kematian Plumeria se-tragis kematian Gillette dalam nuansa abad pertengahan. Siapakah yang mampu mengendalikan Zeal kali ini? Bahkan seorang Rickard Hudson saja tak berani membantahnya.

          Plumeria, kau tak akan diberi lolos!

          Menyusuri lorong-lorong kuil Angkor Wat yang sangat menakjubkan, Dinar tak kunjung mendapati targetnya berhenti barang sesaat. Plumeria seperti tahu bahwa ia sedang diintai. Tak sekejap pun langkahnya putus untuk melihat relief-relief peradaban Khmer yang terukir indah di dinding-dinding kuil—seperti yang dilakukan kebanyakan turis yang dilintasinya sekarang. Para turis itu asyik berfoto dan membuat vlog. Ia menyeringai melihat seorang turis mencoba memanjat akar pohon raksasa yang mengerat bebatuan kuil. Yah, cuma sekedar untuk mendapatkan angle swafoto antimainstream.

          Huuuf!

          Dinar mendengus tertahan dan membatin. Andai bakat indigoku psikometri, tentu lebih enak jadi sejarahwan museum atau situs-situs sejarah seperti ini. Mungkin bakal diajak foto sama turis tadi. Beberapa saat usai membatin, ia mendecak mengenyahkan rasa tidak bersyukur. Kembali fokus. Langkah siaga berderap penuh perhitungan, mengikuti arah yang dituju Plumeria.

           Entah ke mana perempuan itu menavigasinya. Ia bahkan masih sulit percaya melihat rumput yang bergoyang, burung gereja yang bercericit, dan angin semilir membawa harum plumeria rubra—bunga kamboja kuning yang menjadi presentasi diri Plumeria. Ia, Arya Dinar Ashkalani—sejatinya adalah seorang pawang buru. Seperempat abad hidup di hutan dan sungai. Namun sekarang ia berada di antara tumpukan batu yang disusun oleh jemari lentik para dewa-dewi, menjadi paranormal yang memburu seorang iblis perempuan. Meski pekerjaannya masih sama-sama berburu, tapi ....

          Hmph. Asu!

          Dinar yakin Plumeria sudah mengendus keberadaan Zeal dan beberapa anggota Ace yang ikut dalam misi pengejaran ini. Bisa dibilang, mulut semua orang sudah berbuih untuk menyakinkan Zeal supaya tidak ikut turun, tapi gadis itu mengancam akan lompat dari helikopter jika tidak ikut. Damn!

ANASTASIS : Beyond The Horizon (Rewrite in Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang