Chapter 27 : Lullaby of Woe

231 53 29
                                    

Questionnaires

1. Adakah di antara kalian yang hobi main game (PC, mobile, arcade, console, handheld, ataupun permainan tradisional)?

2. Kalau suka, komen dong nama game/permainan fave kalian itu!

❤❤❤

AURORA sama sekali tidak tidur ketika Victor membuka jas, lalu meletakkan jas tersebut menyelimuti tubuhnya. Dinar terus mengoceh melalui telepati, mengatakan bahwa keponakannya itu sedang berusaha berkonsentrasi mengemudi di tengah hasrat ingin menelanjanginya. Aurora merasa lucu dalam hati. Ia tahu betul saat ini Dinar sedang dalam mode 'ngibul'. Mobil tiba-tiba saja melindas deretan polisi tidur tanpa mengurangi kecepatan. Efeknya membuat Aurora terperenyak dan terpaksa menghentikan sandiwara pura-pura tidurnya.

"Uhh!"

"Maaf," Victor meliriknya sekilas. Tersenyum tipis. "Kita hampir sampai."

Aurora mendengus pendek. Memutar bola matanya sebelum menabrak sebuah kapal pesiar di dermaga terminal Marina Bay. Jaraknya kurang lebih dua kilo meter di depan. Sedangkan di belakang Victor, rombongan Elit Ace berparade mengikuti ketua mereka. Terlihat jelas dari spion, mereka ugal-ugalan saling berkejaran. Dalam waktu lima menit, Victor sudah tiba di terminal. Lelaki itu menepikan mobilnya di pelataran parkir khusus. Kemudian keluar dengan cepat dan membukakan pintu untuknya.

"Sekali lagi, maaf atas perjalanan yang tidak nyaman."

Victor berusaha untuk bertata krama dengannya. Tetapi ia tidak peduli. Saat ini yang Aurora pikirkan adalah bagaimana reaksi lelaki itu ketika mengetahui ia menyelundupkan seorang lelaki pembaca pikiran di dalam mobilnya. Aurora menelan ludah berat saat keluar dari mobil, menyadari bahwa mobil akan tinggal di terminal, tidak masuk ke kapal. Ia gosok kedua telapak tangannya untuk menutupi kecemasan. Victor mengulurkan tangan untuk menuntunnya menuju kereta gantung yang akan ditarik langsung ke atas kapal pesiar. Namun ia masih perlu waktu untuk menyambut uluran tangan tersebut. Ia harus memikirkan bagaimana cara mengeluarkan Dinar dari mobil dan meyakinkan Victor untuk menerima lelaki indigo itu dalam rombongannya.

Di kapal raksasa super mewah itu, Aurora melihat sesosok wanita yang mengevakuasi pesawat jet ketika mendarat darurat di perairan dekat pelabuhan. Wanita itu pula yang memberinya baju ganti dan jaket. Kalau tidak salah, wanita itu sempat memperkenalkan dirinya dengan nama Antonia, Madame Montefalco. Di sebelah kanan Antonia yang sedang menghisap rokok, berdiri sosok tegap berkulit hitam. Wajahnya asing dan tangannya bersedekap memandang lurus ke arah Victor dan dirinya. Sedangkan di sebelah kiri Antonia, berdiri seorang gadis belia menggendong seekor anjing Chihuahua. Tiga orang itu masing-masing memiliki teropong binokular di tangan, memantau kedatangannya dan Victor beserta para Elit Ace yang satu demi satu tiba di tempat.

"Ayo! Grandma sudah menunggu kita di kapal." Victor kembali merapatkan diri, berusaha menarik perhatiannya yang mencari-cari keberadaan Ibu Malina. Ia temukan wajah sang ibu di jendela sebuah kamar bintang lima. Sedang memandang ke arah terminal, menunggu kedatangan putri dan sang cucu dengan berurai air mata cemas.

Untuk sesaat, Aurora merasa lega. Ibunya baik-baik saja di kapal itu. Keputusan untuk mempercayai sang pangeran kesayangan Azura sudah tepat, meskipun ia tidak suka. Marc ada di belakang Victor. Entah di mana kordinatnya, namun ia yakin bedebah itu akan muncul saat ia benar-benar lengah.

Victor mulai tidak sabar. "Hm. Ayo, Aurora ..."

"Tunggu sebentar!"

Aurora mundur kembali ke mobil. Mau tidak mau, ia harus mengeluarkan Dinar dari persembunyian. Ia ketuk jendela mobil itu beberapa kali, memberi kode pada Dinar untuk keluar. Sikap Aurora menarik perhatian Victor, sama halnya dengan sikap Victor yang menarik perhatian seluruh Elit Ace. Kini mata semua orang sedang terpusat ke arah mereka.

ANASTASIS : Beyond The Horizon (Rewrite in Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang