Chapter 17 : Killer Queen

290 52 11
                                    

Malam panjang tak rasional baru saja berakhir saat matahari terbit di horizon timur. Pancarannya berwarna merah seperti darah, tidak kuning keemasan seperti biasa. Seumpama bendera api berkobar dan perlahan naik ke puncak tiang, matahari itu adalah pertanda alam, memperingatkan semua orang untuk bersiap siaga. Cepat atau lambat, pertumpahan darah paling ditakuti abad ini takkan bisa terelakkan.

ALAN meringkuk di sudut dek kapal yang terbuat dari kayu, berusaha menyamankan diri sebisa mungkin dari segala prasangka dan firasat buruk yang datang silih berganti ke dalam otaknya. Namun setidaknya, ia bersyukur masih bisa melihat matahari terbit bila mengingat perjalanan yang ia lalui semalam. Segalanya benar-benar gila. Terkatung-katung di Samudera Pasifik mengikuti (baca: diseret oleh) tiga ekor penyu raksasa Ace yang dikendalikan oleh Lizard. Entah bagaimana kejadian pastinya, ia hanya mengikuti rombongan itu tanpa bisa berkata apa-apa.

Segalanya mulai tampak jelas ketika sebuah kapal kargo besar mengangkut seluruh rombongan naik ke atasnya. Saat itu, ia benar-benar merasa sangat lelah, otot-otot tubuhnya menegang, dan tenggorokannya kering kerontang. Ia jatuh terkapar di lantai geladak setiba naik. Di saat tak berdaya itulah wajah-wajah tak asing muncul menghampiri. Gil, Indi, Tita, Lizard, dan Antonia de Montefalco. Mereka memberinya air, selimut, dan sedikit informasi tentang apa yang sedang terjadi di dunia. Hanya sedikit. Mereka tidak ingin melanggar hak-hak Hannah Eileen selaku pimpinan sementara Konsorsium Ace. Wanita itu akan meluruskan simpang siur tentang Megalodon dan aktivitas di Palung Marina yang telah menyebabkan bencana di Timur Asia dan Barat Amerika.

Tetapi tak ada yang tahu kapan Hannah akan menjelaskannya. Mengingat dia juga jatuh terkapar setiba di kapal, wanita itu pasti menuntut waktu untuk tidur dan meluruskan kaki setidak-tidaknya enam jam. Begitupula elit konsorsium lainnya; Fredo, Edward, Judas, dan si bedebah Marshall yang telah membuatnya bisu sampai detik ini. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Indi tentang Persudaraan Assassin, terlebih tentang bibi fenomenalnya itu. Tetapi apa daya ia tidak bisa berkata apa-apa.

“Ternyata susah ya jadi orang cacat!”

Butuh waktu beberapa detik untuk tersentak, mendengar dan menyadari bahwa suaranya telah keluar. Hampir saja ia melengkingkan sumpah terlaknat untuk Marshall setelah benar-benar yakin mendapatkan kembali fungsi organ artikulasinya. Tanpa pikir panjang ia pun bangkit dari sudut dek tempatnya meringkuk, mencari orang-orang yang bisa ia tanyai. Langkahnya lurus memasuki kabin. Di sebuah pojok temaram di kelokan lorong, samar-samar tampak wujud sepasang manusia, jantan dan betina, sedang berciuman penuh gelora. Sialnya lagi ia kenal siapa mereka.

“Gio!”

Panggilan familiar itu keluar dari mulut si betina. Perempuannya adalah Tatiana. Alias Tita. Gadis itu tampak terkejut dan gugup mengetahui dirinya tertangkap basah sedang dilumat dan digerayang oleh seorang samurai. Dari posisinya, Lizard tampak mundur teratur ke bawah bayangan, melepaskan dekapan tangannya yang sempat melingkari tubuh Tita. Alan mendengus tertahan. Berusaha untuk melupakan fakta bahwa satu persatu anggota Ace dan Assassin mulai berayun-ayun di atas kolam api. Derren melakukan hal yang sama saat menjadi delegasi di Megalodon, dia bercampur dengan Rain, Franda, dan entah siapa lagi.

“Anggap saja aku tidak melihat apa-apa,” Alan bersedekap, mencoba mencairkan suasana, dan memberi kesempatan pada Tita untuk membenahi pakaiannya. “Asal kalian mau berbagi cerita tentang bagaimana keadaan bibiku saat ini.”

“Aurora di rumah papamu. Hudson Mansion,” Lizard menyahut tanpa basi-basi ataupun keraguan sama sekali. Di sebelahnya, Tita tersenyum lega, menganggukkan kepala sebagai isyarat rasa terima kasih. “Kami berhasil mendapatkannya dari tangan pawang-pawang buru Rick Hudson. Tapi Zeal membuat manuver dan langsung mengancam Jack. Satu badan tiga nyawa. Zeal menang telak. Kami bergerak mundur dan menyusul kalian ke sini.”

ANASTASIS : Beyond The Horizon (Rewrite in Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang