Chapter 3 : Fake Doctor

521 66 9
                                    

Dua jam kemudian.

           Palu diketuk tiga kali. Satu per satu patisipan di ruang pemantau berhamburan keluar. Rapat telah usai dengan keputusan final bahwa Aurora akan diadopsi oleh keluarga Ismail (selaku satu-satunya wali yang memiliki pertalian riwayat hidup dengannya). Permohonan tersebut diajukan Rick atas keinginannya dan diperkuat oleh gugatan ibu mertua angkatnya, Malina. Pihak-pihak yang bersimpati juga mendukung di sisi mereka. Memberi suara terkeras untuk membebaskan Aurora dari ruang isolasi.

           RICK masih tak tahu harus bagaimana menghadapi kembaran istrinya yang misterius itu. Di satu sisi, ia mendapati kembali wujud muda Azura yang pernah membuatnya jatuh cinta. Di sisi lain, perempuan itu bersikeras menganggap dirinya masih berusia 22 tahun, bahkan lebih muda dari putri bungsunya, Karenina.

           Ah, Kara ....

           Hatinya perih setiap kali mengingat apa yang telah dilakukan Kara terhadap Zeal. Kehadiran Aurora sekilas mengingatkannya pada Kara yang pergi dari rumah mengikuti jejak kakak-kakaknya. Pergi dan meninggalkan masalah yang tak terselesaikan. Tak termaafkan.

           Rick sampai detik ini masih berusaha menguatkan diri. Keadaan keluarganya persis seperti tubuh tanpa tangan dan kaki, menyisakan kepala yang tegak sendiri. Entah seperti apa hidupnya jika tak ada keluarga Ismail, hewan-hewan di kebun binatang, dan para ranger yang membantunya setiap saat. Kepala itu tentu sudah lama ia gantung.

           Sekarang yang hilang telah pulang. Aurora akan hadir di tengah kecacatan kondisi keluargaku. Bisakah dia menganggapku bagian dari keluarganya?

           Rick memandang wajahnya di cermin virtual. Menyadarkan diri secara mental bahwa ia lebih pantas memperlakukan Aurora seperti putrinya, bukan kembaran istrinya. Dulu, ia pernah mencari Aurora bersama Azura. Bersama-sama menembus pelosok hutan yang liar dan menyesatkan. Bagaimanapun, Aurora, secara tak langsung adalah seseorang yang berjasa mempertemukan dirinya dengan Azura. Sekarang dia telah ditemukan dalam keadaan yang sangat tidak masuk akal oleh pawang burunya sendiri. Namun sayang, Azura tak bisa menunggu. Dia malah mati dengan keadaan yang tak kalah gila.

           "Tenang saja, Mister. Dia takkan bersikap buruk padamu."

           Rick mendesah. Ia lupa bahwa Dinar adalah seorang manusia berkemampuan khusus.

           "Oh, well, aku jadi malu, Dinar. Pikiranku mungkin kelewatan menanggapi keberadaannya," Rick menyahut sambil merilekskan sikap. Berusaha memutus kelindan pikirannya yang tertaut pada Aurora. Bersama Dinar ia mengayun langkah beriringan menuju ruang isolasi. Sebentar lagi, ia akan bertemu langsung dengan Aurora.

           "Tidak apa-apa. Aku yakin kau cuma sedang merindukan istri dan anak-anakmu, Mister. Di sini, akulah yang harus waspada menghadapinya."

           "Apa kau tak mau memberitahunya—kau lah yang sudah menyelamatkannya?"

           "Mahkluk itu yang menyelamatkannya, aku cuma menemukannya. Aurora tak perlu tahu apapun tentangku. Apalagi kalau dia tahu aku punya kelebihan, oh, dia pasti semakin membentengi diri, terus mengunci pikirannya. Jujur saja aku frustasi. Dia tak bisa kubaca. Aku tak bisa mencaritahu apapun tentangnya."

           "Tugasmu sudah selesai, Dinar. Tak perlu melanjutkan interogasi. Biarkan dia menyimpan rahasianya sendiri. Lupakan semua pertanyaan orang yang kau delegasikan. Kita akan mulai babak baru sekarang."

           Dinar menyahut patuh, "Baiklah, Mister."

           Rick dan Dinar berjalan keluar dari ruangan. Langkah mereka berkonfrontasi dengan seorang dokter kepala dari bagian medis yang terdiri dari tenaga medis dari seluruh dunia. Mereka akan dipandu ke ruang isolasi untuk menemui Aurora yang telah menyelesaikan makan siangnya. Rick dan Dinar bergegas menghampiri dokter asal Massachusetts, US tersebut.

ANASTASIS : Beyond The Horizon (Rewrite in Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang