Chapter 23 : Rendezvous

299 56 12
                                    

AURORA melongok ke atas. Seberkas cahaya yang menuntunnya keluar dari terowongan berasal dari lubang-lubang kecil yang ada di pintu besi. Pelan-pelan ia mulai mendaki tangga besi berwarna merah yang sedikit berkarat di bagian-bagian tertentu. Ia berhasil membuka pintu besi itu dan terkejut melihat sebuah tangan terulur lurus ke arahnya, hendak memberikan bantuan.

“Sam …” Aurora tak percaya melihat sesosok adik sang pemburu itu telah menantinya di ambang pintu. Tak jauh di belakang Sam, tampak Alicia tersenyum lega dan bergegas menghampirinya, memberikan uluran tangan yang sama.

“Terima kasih,” ucap Aurora usai menggapai kedua tangan sepasang suami-istri itu.

“Kami semua sangat cemas. Kau benar-benar berani, Aurora,” Alicia menyahut dan membimbingnya ke dalam sebuah pelukan.

“Apa ular kecil itu masih di dalam bunker?” Sam bertanya dengan nada kesal dan jijik.

Aurora menganggukkan kepala, melepaskan diri dari pelukan hangat Alicia. Wanita itu lalu tampak buru-buru mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

“Bagus!” Sam lantas menutup pintu besi itu, lalu menggemboknya. Tak hanya itu, lelaki itu juga hendak menempatkan sebuah jangkar seberat dua ton tepat melintangi pintu besi tersebut. “Sekarang kalian bisa turunkan jangkarnya!” perintahnya pada seseorang yang mengendalikan sebuah truk crane yang sedang mengangkut jangkar.

“Rick, Aurora sudah keluar dari sini. Dia baik-baik saja! Ya, ya, kau bisa menutup pintunya sekarang.”

Nice! Sekarang tidak ada ular yang bisa menyusup ke rumahku,” Sam tersenyum puas melihat jangkar itu telah terbaring di atas pintu besi. Memblokade akses Karenina yang masih berada di dalam. Sedangkan di Hudson Mansion, jebakan yang sama juga sedang dilakukan. Rick dan Sam benar-benar mengurung putri dan keponakan mereka di dalam terowongan. Aurora menelan ludah, tak tahu harus berkomentar apa atas tindakan ekstrim dua kakak beradik itu.

“Aurora, ayo masuk ke dalam! Ibu Malina dan Rick akan segera menyusul kemari.”

Aurora mengangguk dan mengikuti bimbingan Alicia, ia kembali ke sebuah chamber tamu di lantai atas mansion itu. Ia merasa perlu mandi, membersihkan diri dari segala aura negatif yang menempel ketika ia berada di bunker dan terowongan. Lebih dari itu, ia ingin mencuci bersih setiap jejak yang ditinggalkan Karenina di tubuhnya. Saat ini ia merasa benar-benar kotor.

“Aku ingin mandi.”

“Baiklah, aku akan memberimu waktu sebanyak yang kau butuhkan. Tetapi ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu.”

Alicia kemudian memanggil seorang pelayannya bernama Linda melalui interkom. Semenit kemudian, wanita paruh baya itu datang bersama sebuah kotak beludru hitam berukuran besar dalam gendongan tangannya. Pandangan Aurora menyipit, namun tak ada celah untuk melihat isi kotak mewah itu.

“Paket ini datang dari Washington DC siang tadi.”

“Washing—what?”

“Ya, untukmu.”

“Untukku?”

Melalui isyarat mimik, Alicia lalu memerintahkan Linda untuk menyerahkan kotak beludru hitam itu ke tangannya. Aurora bergegas duduk ke sebuah sofa tak jauh dari mereka, ia merasa sangat penasaran dengan isi kotak itu.

“Siapa pengirimnya?”

“Hmm … kata kurirnya … nama pengirim paketnya ada di dalam kotak itu,” Alicia mengedik sembari mengusap tengkuknya, buru-buru mengalihkan perhatian ke arah Linda. “Linda, bagaimana situasi makan malam kita? Apa segalanya sudah dipersiapkan?”

ANASTASIS : Beyond The Horizon (Rewrite in Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang