Chapter 21 : Imperial Masonry

261 54 5
                                    

AURORA menarik napas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur kapsul yang telah mengurungnya selama berjam-jam. Berjam-jam bersama Karenina tersayang—begitulah ungkapan satirnya. Ia sadar telah melampaui batas dalam upaya mengendalikan situasi yang menjepit Keluarga Hudson. Tak pernah ada dalam agenda (bahkan tak terlintas sama sekali dalam otak) akan menjadi partner seks seseorang yang jelas-jelas sedang mengincar eksistensinya.

Niat untuk mengonfrontasi Karenina tak lebih untuk memastikan bahwa Victoria (yang secara tak langsung adalah cucunya)—tidak lagi berada di bawah ancaman. Bahkan bila bayi itu adalah seekor anak kucing, ia akan tetap bertindak serupa. Aurora bukan ingin menjadi sosok pahlawan bagi siapapun, tetapi sudah menjadi panggilan jiwanya untuk memperjuangkan sesuatu yang ia anggap benar. Ia tak peduli bila konsekuensi dari tindakan tersebut menyeretnya lebih dekat dengan kematian.

Bukan. Kematian bukan sesuatu yang ia hindari. Kematian adalah awal dari kehidupan yang paling ia dambakan. Dany selalu menunggunya di dekat gerbang kematian, dan sesungguhnya ia ingin sekali menyusul ke sana. Namun orang-orang celaka di planet ini bersekongkol untuk membuatnya terus bernapas. Ia seperti karakter immortal dalam cerita-cerita fantasi. Hidup tanpa pernah menjadi tua—kedengarannya sangat keren, bukan? Tetapi tidak, ia masih bisa terbunuh dengan cara-cara tertentu.

Hidup tanpa pernah menjadi tua—tidak masalah bila keistimewaan itu hanya berlaku untuk dirinya sendiri. Sialnya ia juga mampu memulihkan vitalitas siapapun yang berintimasi dengannya. Alasan itulah yang membuat seorang bedebah bernama Marc menjebaknya dalam sebuah pernikahan, agar bebas memperkosanya kapanpun di mana pun. Karenina, tanpa sadar juga telah menikmati efek tersebut. Karenina tanpa sadar menjadikan dirinya pecandu. Beberapa kali gadis itu sudah berpamitan pergi, namun dia terus kembali dan menyeretnya lebih dalam ke sebuah terowongan rahasia. Dan segalanya bermula dari sebuah ciuman di pagi buta.

“Aurora …”

Tanpa mengindahkan panggilan Karenina yang menggema, Aurora berhasil keluar dari capsule bed yang diberi nama Aldebaran. Menandakan kapsul itu milik si anak tertua. Ukurannya cukup besar untuk memuat dua orang, seakan didesain khusus untuk Alan dan wanitanya. Tidak berbeda seperti kapsul bernama Victor. Keseluruhannya ada enam kapsul, masing-masing lainnya bernama Rick, Azura, Sam, dan Alice. Nama Karenina bahkan tidak tertulis di permukaan ubin.

Di sinilah ia berada, di dalam bunker anti nuklir milik Keluarga Hudson, di bawah permukaan tanah, dan di antara dua buah mansion. Bagi orang-orang kaya sekelas Rick dan Sam Hudson, memiliki bunker anti nuklir adalah hal yang biasa.

Aurora memungut pakaian dari lantai dan segera membungkus tubuh telanjangnya. Udara dalam kabin bunker tersebut cukup dingin dan pengap karena alat penyaring udara tidak dioptimalkan. Suara Karenina masih menggema di dinding-dinding putih temaram, mengingatkannya pada ruang isolasi dan Dinar yang sampai detik ini tidak berkabar. Bunker itu berbentuk silinder dan tidak terlalu besar, namun segala detailnya telah dirancang efisien dan minimalis.

Baru saja hendak menaikkan zip belakang dress-nya, sebuah tangan menginterupsi dan memberikan sedikit bantuan. Di waktu yang sama, Aurora merasakan sebuah ciuman mendarat di pundaknya, naik ke leher, dan berakhir di balik daun telinga. Sebelum semuanya berakhir, paling tidak ia harus mengakui bahwa Karenina menyentuhnya dengan sangat lembut. Jemari dan usapan bibirnya seperti sentuhan bulu dari sayap malaikat. Membuatnya menutup mata dan menarik lepas napas panjang.

I can’t believe still …,” Karenina membisik lirih dan lamat ke telinganya, “now, I wish you are not you. You are not her twin, are you?”

Aurora merapatkan bibir, menatap objek yang sama dengan yang sedang Karenina tatap—yakni capsule bed milik Azura. Ia berusaha menahan napas yang mulai tidak stabil. Terlebih kini gadis itu melingkarkan tangan mendekapnya. Permainan belum berakhir, Ferguso! Ia masih tak bisa menebak manuver yang akan diambil Karenina setelah ini. Gadis itu benar-benar mendominasi.

ANASTASIS : Beyond The Horizon (Rewrite in Process)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang