05 | [೫]

26.7K 4.3K 91
                                    

Canggung. Suasana itu sempat terlintas pada pikiran Laras ketika dengan sadar tubuhnya baru saja masuk ke dalam mobil Wisnu. Hanya memutar musik Barat lawas 90-an yang didominasi lagu-lagu popular Westlife atau The Beatles—dia tak boleh lupa kalau Wisnu bahkan 8 tahun lebih tua darinya. Namun, itu semua adalah ekspetasi berlebihan. Karena hal mengejutkannya adalah jika Wisnu ternyata jenis pria convobuilder yang membuat Laras terkejut sejenak. 

Dengan fitur wajah tajamnya itu, Laras kira Wisnu adalah pria yang tak senang dengan interupsi suara, dan sosok beruang es kutub dengan sorot mata intimidasi yang absolut. Di konten podcast saat itu saja, Wisnu menjawab sang artis dengan jawaban-jawaban lugas dan tidak sok memakai bahasa ilmiah yang berbelit. Tapi nyatanya, Laras dan Wisnu bahkan bisa berbicara ngalur-ngidul seolah keduanya adalah teman lama yang kembali bersapa. 

Pria itu sepertinya manusia paling fleksibel yang pernah Laras temui. Bahkan ketika sampai di rumah-nya, Laras diberikan sedikit room tour oleh Wisnu sebelum pria itu membawa Laras menuju ke halaman belakang.

"Menjadi seorang seniman adalah impian saya sejak lama," ujarnya sambil menyapukan kuas pada kanvas.

"Saking banyaknya novel fiksi yang saya baca saat SMA, saya bahkan memimpikan kehidupan sederhana dengan rumah minimalis seperti rumah-rumah di studio Ghibli. Mendiang romo bahkan heran sama otak saya yang cuma kecipratan sedikit karakter keluarga saya, pragmatis. Selebihnya, saya cuma kelihatan kayak seniman biasa yang lugu dan bebas."

Laras menganggukkan kepalanya paham. Sudah Laras bilang, Wisnu rasanya masuk ke dalam jajaran pria old money bukan karena gaya pakaiannya saja yang "quiet luxury"—rapi, tidak mencolokkan logo, dan elegan. Kalau kau ingin tahu, keluarga Prawiranegara adalah keluarga pebinis sejak masa orde lama. Itulah kenapa rasanya sangat aneh ketika hubungan pertemanan Lesmana dengan Wisnu terbilang sangat dekat. 

Kaum old money saja biasanya enggan berhubungan dengan para orang kaya baru. Bukan sombong, hanya saja orang kaya baru selalu norak dan suka pamer, beberapa dari mereka bahkan manerless dan dengan mudahnya meremehkan orang lain. Oleh sebab itu, biasanya old money hanya membuka lingkaran pertemanan dengan sesama old money. Prinsip dan gaya hidup mereka yang anggun dan tertutup tentu kontras dengan para orang kaya baru yang hobi flexing dan meminta validasi kekayaan sana-sini. 

Lalu ... kembali pada keanehan. Jadi, bagaimana Lesmana yang rakyat jelata ini bahkan bisa duduk bersebelehan dengan Maharaja Wisnu?

"Padahal, Bapak pebisnis cerdas juga. Pebisnis sekaligus seniman hebat," sanjung Laras yang membuat Wisnu menyunggingkan sebelah bibirnya. "Bahkan, Laras jadi semangat belajar karena lihat podcast Pak Wisnu kemarin. Bapak keren." 

Wisnu menghentikkan gerakannya sejenak, dan menolehkan kepalanya pada Laras yang sedang sibuk mencampur cat minyak di atas palet. "Saya lihat, kamu orang yang ambisius. Dan kata Lesmana kamu adalah gadis yang punya banyak list hal-hal yang ingin dicapai," pria itu terkekeh kecil sebentar. "Saya seperti melihat diri saya versi perempuan," 

Laras menutup mulutnya untuk menampilkan sebuah tawa anggun di depan Wisnu. Dia jadi kembali tersanjung. Kenapa pria itu gemar sekali membawa Laras terbang ke langit tinggi? 

"Boleh saya tahu salah satu mimpi kamu?"

"Impian Laras kebetulan sama persis kayak punya Pak Wisnu," gadis itu tersenyum simpul tanpa mengalihkann pandangan pada warna yang sedang dia campur. "Berkeliling dunia sebagai seorang pelukis professional."

Kedua sudut bibir Wisnu tertarik ke atas. Setelah menghela puas, tangannya kembali mengayunkan kuasnya ringan. Jawaban itu, persis seperti yang ada di dalam bayangannya. Gadis itu masih terlihat sama dengan energi dan keluguannya.

JAYANEGARA ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu