18 | [೫]

14.6K 3K 54
                                    

"Katakan, di mana adikku, Ra Kuti?"

Kedua alis Ra Kuti hanya bertaut. Kembali memandangi kekacauan tampilan seorang gadis belia yang mendekat padanya. Keruncingan tombak yang dibawa Laras membuatnya beringsut mundur dengan terpaksa. Ini kejutan yang membuat Kuti nyaris hilang akal. Lama sekali ia mencari gadis itu.

"Karena kau, aku kehilangan semua yang kumiliki. Kau dan segala kelicikanmu itu adalah hal yang kubenci,"

Air mata Laras sudah menggenang. Gejolak dalam dadanya bergemuruh tak karuan ketika setitik air mata mengalir membasahi pipi secara tak disengaja. Pria itu tak menggerakkan bibirnya seincipun, atau bahkan berniat menyanggah untuk membela diri secepat kilat. Ia hanya terus memandangi betapa menyedihkannya Laras sekarang ini.

Bibir Laras tergigit. "Kenapa kau hanya diam saja! Kau bisu!? Kau membunuh Wira, kau membunuh keluargaku, kau membunuh impian mereka. Kau membunuh impian banyak orang, Kuti. Kau dan otak kotormu itu membunuh banyak hal!

"Kau hanya pria egois yang mengincar takhta. Bagaimana bisa kau masih bertahan hidup setelah semua yang kau lakukan? Kau mengambil, bukan, kau mencuri. Bagaimana bisa kau makan dengan tenang disaat rakyatmu kelaparan, Kuti? Apakah kau bukan manusia?"

Pria itu selangkah mundur menghindari ujung tombak. Ia bersimpuh seiringan dengan kepala yang mendongak, "Maafkan aku akan kesalahanku, Laras. Aku hanya tidak ingin Majapahit berada di tangan orang yang lemah. Jayanegara tak pantas menjadi Raja, ia pria yang kacau—tak ada dukungan, dan tak ada yang percaya pada-nya—itu berarti ada yang salah dengan-nya. Ia hanya pria dengan segudang masalah. Kau tak seharusnya mempertanyakan hal itu.

"Aku ingin Majapahit berjalan sebagaimana yang diinginkan tuanku, Raden Wijaya. Aku hanya ingin melihat Majapahit menjadi besar. Aku hanya meneruskan impian mendiang Raden Wijaya, karena Jayanegara sama sekali tak pantas untuk mengibarkan mimpi tuanku.

Ra Kuti menundukkan kepalanya, "Ayahmu adalah seniman yang berasal dari kerajaan yang sama dengan Ibu Jayanegara, Ratu Indreswari. Ayahmu begitu senang ketika anak selir itu naik takhta sebagai seorang Raja. Hatiku sakit, Laras. Dan menjadi semakin sakit ketika beliau tidak merestuiku untuk menjadikanmu sebagian dari hidupku.

"Ketika pemberontakan terjadi, Ayah dan Ibumu masih berada di istana. Mereka tebunuh oleh pasukanku, karena mereka mencoba menghadang jalan masuk ke istana. Menyadari jasad kedua orang tuamu, aku begitu merasa bersalah. Aku tidak membenci kedua orang tuamu meski mereka tak pernah mendengarkanku. Juga, meski Ayahmu adalah orang yang tidak berdarah Jawa murni.

"Adik laki-lakimu hanya berusaha melindungi anak selir itu, ia berusaha menahan pasukanku sendirian agar Mada dan pasukan Bhayangkara bisa keluar dari istana. Itu semua diluar kendaliku, Laras. Kematian Wira dan kedua orang tuamu benar-benar di luar kendaliku."

Tatapannya terlihat melas. Namun, Laras benar-benar menjadi tak habis pikir. "Kau ke mana saja, Laras?" Nahasnya, sorot mata pria itu tak bisa dibohongi jika ia sangat khawatir dengan Laras.

Laras bukan gadis naif yang mudah dibodohi hingga tak bisa berpikir logis. Ra Kuti sangat salah jika menganggap Laras hanyalah gadis lugu dan memiliki otak sekecil biji padi. Menyeringai, dia memiringkan kepala tanda menantang. Kilatan matanya pada pria itu tak menyiratkan sedikitpun rasa iba akan wajah-nya yang menyedihkan.

"Aku lebih baik mati daripada harus melihatmu."

Laras menghela dalam-dalam. "Dengar. Kau adalah pria dewasa yang seharusnya tahu semua yang kau lakukan memiliki sebab dan akibat, bahkan meski itu diluar kendalimu. Sebab akibat itulah yang membuatmu harus terus bersiap-siap.

"Jika kau memang ingin meneruskan impian mendiang Prabu Wijaya, kenapa kau tidak saja menjadi penasihat Prabu Jayanegara dan menunjukkan aspirasmu pada beliau? Menunjukkan hal-hal bijak pada Raja akan juga membantumu dikenal sebagai seorang yang berpengaruh, bukan? Kau memberontak dan menjadikan dirimu sendiri sebagai Raja ... memangnya kau siapa? Apakah kau sendiri bahkan pantas mendapatkan takhta? Kau bahkan tak memiliki darah dinasti Rajasa.

JAYANEGARA ✓Where stories live. Discover now