12 | [೫]

18.6K 3.3K 61
                                    

Kepalanya terasa ingin pecah. Rencana dan siasat menyerang kubu Ra Kuti menghabiskan hampir seluruh kewarasan yang ia punya. Dharmaputra yang tidak berguna itu telah menghancurkan kepercayaan rakyat padanya untuk kesekian kali. 

Namun, segala ejekan dan cemoohan kumpulan manusia tak membuatnya berpikir untuk membuat negaranya sendiri menjadi perapian neraka. Tak ada sekalipun bara dendam yang terpercik dalam dadanya pada orang-orang berdosa yang memanggilnya Kalagemet—yang berarti, jahat dan lemah.

Ia membenci nama Kalagemet. Bukan begitu seharusnya orang-orang memanggilnya. Garbapati adalah nama terindah yang ibunya berikan, namun kenapa mereka masih saja berbisik menggunakan nama yang ia sangat tak suka. Ia tak bisa melihat ibunya bersedih ketika banyak orang meragukan nama Garbapati. Apakah ia memang terlahir untuk hanya menderita?

Jayanegara bukan pria lemah seperti yang orang katakan, yang bahkan tak mampu untuk sekadar membuat sebuah kebijakan. Bukan pula pria jahat yang selalu gelap mata akan takhta dan kuasa. Ia juga bukan raja hebat yang mencetak banyak prasasti tanda keberhasilan laksana ia adalah dewa. Lagi-lagi, ia hanyalah manusia pada umumnya. Ia bahkan tak pernah menginginkan sebuah kehidupan dunia untuk menjadi penguasa, atau dikelilingi banyak wanita. 

Jayanegara hanyalah pribadi yang menginginkan sebuah kebebasan hidup sebagai seorang seniman muda. Ia bahkan tak pernah memikirkan jika mahkota agung akan terlihat elok ketika menghias kepalanya. Ia tak pernah berharap untuk terlahir di istana. Ia tak pernah berharap untuk terlahir menjadi pewaris takhta. Ia tak pernah berharap untuk terlahir menjadi seorang raja. Nahasnya, ia bahkan tak berharap untuk terlahir sebagai Jayanegara.

Ia ingin menjadi Garbapati yang seharusnya; pria biasa yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk menjual karya-karyanya dan mengabdikan diri pada keluarga. Pria sederhana yang akan pergi ke sawah untuk bekerja. Dan pria dewasa yang akan memiliki seorang istri dan anak-anak di dalam rumahnya.

Jayanegara kecil sering bertanya pada romonya, mendiang Raden Wijaya. Bagaimana seorang raja besar bisa memiliki selaksa kekuatan di dalam dirinya?

"Keberhasilan dan kekuatan memang pada dasarnya berasal dari hati yang berani dan jiwa penuh ambisi. Namun, hal yang tak kalah penting adalah dukungan dan cinta dari orang-orang di sekitarmu. Keluarga, teman, dan rakyat—mereka yang membuat Romo selalu kuat."

Ia hanya tersenyum getir. Tidakkah itu ironi? Keberadaanya yang sebagai bagian dari keluarga Raden Wijaya saja tak dianggap, lalu di mana Jayanegara akan mencari cinta dari mereka? Menjadi satu-satunya pria yang tidak berdarah Jawa murni, dan berstatus sebagai anak selir terlihat seperti aib baginya. 

Banyak yang menentangnya ketika mahkota agung telah tersemat di atas kepalanya. Apakah kau tahu, jika Jayanegara sendiri bahkan tak pernah mengharapkan mahkota itu? Hidupnya terasa berjalan seperti sebuah hukuman. Jayanegara memang sepertinya terlahir untuk selalu mengalami penderitaan. Menjadi bual-bualan dan memendam kesedihannya sendirian. Apakah kehadirannya adalah kutukan?

"Baik, mulai sekarang kita berteman!"

Keceriaan Laras kembali membuat Jayanegara tersenyum hangat. Dipertemukan dengan gadis aneh dan jenius di saat yang bersamaan adalah kejutan manis di tengah pahit dan sepatnya kehidupan. Namun, ia ragu. Jika Laras pada akhirnya mengetahui siapa ia sebenarnya, apakah gadis itu akan tetap memandang Jayanegara sebagai pria sudra yang penuh dama? Berita simpang siur yang buruk, rumor-rumor jahat, dan sebutan-sebutan penuh penghakiman untuk dirinya pasti membuat Laras muak.

Lagi-lagi, Dharmaputra. Mereka adalah pilar-pilar licik yang membawa kebencian pada para petinggi kerajaan dan rakyat. Memanipulasi, mencuci otak mereka untuk menjadikan Jayanegara sebagai satu-satunya raja yang tak pantas untuk duduk di atas singgasana. Bagaimana Jayanegara bisa membuktikan kekuatannya jika orang-orang saja tak pernah mau percaya padanya?

JAYANEGARA ✓Where stories live. Discover now