43.Alfaris(3)

8.8K 930 51
                                    

.
.
.
.
.
.
Alfaris
.
.
.
.
.
.
.
.

Kesehari-harian Alfaris menjadi lebih suram daripada kemarin-kemarinnya.

Alfaris menjadi benar-bebar seperti boneka yang kosong

Tatapnya, pikirannya, hatinya bahkan jiwanya benar-benar kosong

Dion sama sekali tidak suka pemandangan ini.

Ini berlebihan!

Bagaimana mungkin dengan sikap Alfaris yang terang-terangan seperti ini tidak ada yang menyadarinya sama sekali entah di sekolah, kelas bahkan rumahnya?!

Rutinitas Alfaris yang biasanya pergi ke psikiater pun dia hentikan bahkan memblokir nomor dokter yang menanganinya.

Alfaris menjadi sangat introvert

Dan menyendiri

Dion sangat geram melihat ini semua.

Dirinya sangat marah sampai-samapai dirinya menghafal semua nama dan bentuk orang yang menyiksa Alfaris dan bertekad untuk membalas kannnya.

"Bego! Bego! Bego banget sih! Anjing banget! Awas aja kalian gua pites, gua cingcang kalian semua hah! " Teriak Dion pada semua orang namun tentu tidak akan terdengar

Entah apa yang tengah terjadi, biasanya Dion sama sekali tidak peduli apa yang terjadi pada orang lain mengapa setelah melihat ini semua membuat nya marah?

Apa karena dirinya iba atau mungkin karena dirinya yang terlalu lama tinggal di tubuh Alfaris yang membuatnya seperti ini?

Dion tidak tau

"Gua makin lama makin aneh" Gumam Dion sambil memenangi jantungnya yang tengah berdetak kencang kerana kesal

Alfaris menjadi tidak peduli pada apapun bahkan pada dirinya sendiri

Dia tidak bisa terus terang pada orang lain karena menganggap dirinya telah 'dikutuk'

Walaupun pak milo dengan senang hati akan mendengarkan Alfaris ataupun care pada nya tetap saja Alfaris menutup dirinya rapat-rapat dan lebih bergantung pada obat-obatan yang dia konsumsi.

Alfaris sudah tidak peduli lagi dengan dosis atau pemakaian yang di berikan oleh dokter dulu, sekarang setiap rasa cemas dan sedih melanda dirinya maka secara refleks dia akan langsung meminum beberapa obat tersebut dan itu menjadi kebiasanya

"Lu terlalu maksain diri Al"

Namun jauh di lubuk hatinya.

Dirinya masih mengiginkan pengakuan dari keluarganya. Bukan dari orang lain melainkan keluarga, Orang-orang yang memiliki ikatan datang dengan nya, Alfaris ingin di akui oleh nya.

Alfaris pun mencoba dengan belajar lebih giat bahkan mulai mengonsumsi beberapa obat yang bisa membantu nya belajar.

Dan setelah perjuangannya yang seorang diri pun membuahkan hasil

Dirinya mulai di akui oleh sekolah lewat prestasi nya yang cukup banyak dan kepintaranya yang membuatnya loncat kelas dan bahkan ikut kedalam siswa kelulusan tahun itu.

Bahkan sang guru yang dulunya tidak mengaggap keberadaan Alfaris pun dengan sombongnya memamerkan Alfaris sebagai murid kebanggaannya

"Nih tua bangka, nyadar umur kek, lu udah bau tanah kelakuan kek tai pas banget" Ejek Dion pada giru tersebut

Namun Alfaris tidak peduli dengan hal itu semua karena walaupun itu semua terlihat sangat wah dan hebat namun semuanya hanya kebohongan belaka.

Terlihat dari reaksi para guru dan murid-murid yang lainnya yang mulai mengakui keberadaan Alfaris dan dekat denganya seolah mereka tidak pernah melakukan hal yang buruk pada Alfaris.

Alfaris✔️Where stories live. Discover now