45.perencanaan(1)

8.7K 819 74
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
Perencanaan
.
.
.
.
.
.
.
.

Alfaris tidak mau menunggu lebih lama lagi di dalam ruangan ini.

Setelah dokter itu keluar dan membereskan semuanya bahkan melepaskan infus yang ada di lengan yang pun telah di lepas.

Walaupun itu permintaan Alfaris sih, karena dirinya sangat tidak betah lihat dan merasakannya dan mau tak mau dokter itu melepaskannya dengan syarat Alfaris harus lebih banyak istirahat dan banyak minum untuk menggantikan nutrisinya.

Alfaris pun setuju dan tinggallah dia sendiri di ruangan tersebut sambil menunggu dokter itu kembali yanga katakan ya akan kembali membawakan beberapa makanan dan minuman untuknya.

walaupun ini termasuk salah satu kamar terbaik tapi tetap saja rumah sakit tetap saja rumah sakit.

Alfaris benci rumah sakit.

Karena Lagi-lagi dia teringat yang terjadi di masa lalu dimana saat dirinya tidak kuat dengan siksaan ibunya katarina dan tidak ada cara lain selain membawanya ke rumah sakit.

Sepanjang dirinya di rumah sakit katarina terus-terusan mengatakan hal yang sama dan menatap nya dengan tatapan kosong namun mengintimidasi tentu saja membuatnya takut dan membekas trauma.

walaupun tidak separah dulu dan sekarang dirinya lebih fresh tapi tetap saja hawa tidak betah itu slalu ada.

Alfaris pun dengan cepat hendak bangkit dari tempat tidurnya sekarang namun karena tubuhnya yang masih lemah itu membuatnya oleng dan terjatuh.

Alfaris langsung menutup matanya dan bersiap merasakan sakit karena menghantam lantai namun tidak.

Alfaris tidak terjatuh

Alfaris pun perlahan membuka matanya dan melihat ada tangan yang memeganginya agar tidak jatuh dan melihat wajah pemilik tangan tersebut yang ternyata adalah tangan.

Aidan

"Cih, kenapa lo muncul sih? " Tanya Alfaris dengan ketus.

Aidan menaikan satu alisnya mendengar pertanyaan Alfaris.

"Terus? Lu ngarep siapa yang datang? Daddy? "

"Lu aja gua ga ngarep datang apa lagi dia"

Aidan sedikit melebarkan matanya mendengarkan kata yang keluar dari Alfaris.

Aidan sejujurnya ingin menanyakan apakah Alfaris baik-baik saja atau tidak tapi entah mulutnya tidak bisa mengatakan apapun dan mendengar kata-kata Alfaris itu tambah membuat Aidan jengkel.

Dengan cepat Aidan mengangkat Alfaris dengan satu tangan dan langsung melemparnya kembali ke kasur.

Brukk

"ANJING!! SAKIT BEGO!! " Umpat Alfaris dengan nada keras

"Mulut di jaga"

"Buat apa gua jaga mulut di depan lo"

"Mau gimana pun gua abang lo"

"Abang? Lo aja ga pernah nganggep gua adek kan? Ngapain juga anggep lo abang"

Lagi-lagi Aidan terkejut dan entah dirinya merasakan perasaan sesak di dada namun dirinya tidak bisa menunjukan ya.

Aidan pun menghela nafasnya.

"Gua lebih tua dari lo"

"Mau lo lebih tua atau engga gua ga peduli! Lagian ga semua yg lebih tua itu di sebut abang, ada juga yg di sebuah kakek, buyut mau lu gua panggil kek gitu keknya itu lebih cocok deh"

Alfaris✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang