30 • Area Pemakaman

435 53 12
                                    

"Jika kau kelabu maka aku akan menjelma menjadi sejuta warna indah untuk menghiasimu dan jika takdir kita bukan untuk bersatu, maka aku akan melawan takdir itu."

happy 10k, makasi banyak buat yg masih mau baca sampe sini dan maaf kalo updatenya kelamaan kmrn aku lg banyak bgt tugas :(

~Jingga dan Senja~

Bella menarik napasnya ketika mencium aroma makanan dari arah dapur, di sana sudah ada Bianca yang baru saja memasukkan makanan ke dalam kotak makan, ia masih tidak menyangka kalau saat ini Bianca telah resmi menjadi kakak iparnya.

Bianca menutup kotak makan tersebut dan memberikannya kepada Bella.

"Buat apa?"

"Tolong anterin ke rumah Jingga ya?"

"Kenapa nggak lo aja?"

"Gue mau nganterin ke kantornya David, jadi tolong banget ya Bell, lo anterin ini ke rumah Jingga. Sebentar doang kok."

"Gue ada urusan Bi."

Bianca tersenyum. "Nggak usah boong lo. Inget gue kakak ipar lo."

"Ya udah iya!"

Setelah cukup lama di perjalanan karena terjebak macet, Bella pun sampai di depan rumah Jingga, berulangkali ia menghela napasnya sebelum akhirnya tangannya bergerak untuk mengetuk pintu namun belum sampai Bella melakukannya, ia mendengar suara tawa dari dalam rumah Jingga dan ia sudah tidak asing lagi dengan suara tersebut.

Bella menggeleng pelan kemudian memutuskan untuk tetap mengetuk pintu rumah Jingga. Meski sebenarnya ia tidak ingin melihat keduanya.

"Siapa?"

"Bella."

"Langsung buka aja Sen."

Dengan berat hati Bella membuka pintu rumah Jingga, sebegitu asiknya kah mereka sampai tidak ada waktu untuk sekadar membukakan pintu? Bella melihat Jingga tersenyum ke arahnya, saat ini ia tengah berada di ruang tamu sembari menyaksikan film bersama dengan Stella. Iya, hanya berdua dan mereka terlihat begitu akrab, Jingga pun terlihat bahagia.

"Gue cuma mau nganterin ini dari Bianca. Dia nggak bisa ke sini soalnya mau nemuin kak David."

"Makasih Sen, taro di nakas aja ya."

Setelah mengatakan itu, Jingga kembali fokus dengan Stella, entah apa yang mereka lakukan hingga membuat keduanya tertawa lepas. Bella tersenyum tipis, setidaknya Jingga bisa menemukan kebahagiaannya pada Stella, tidak seperti ketika sedang bersamanya.

Bella membalikkan tubuhnya, bermaksud untuk pergi namun ia harus menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seseorang memanggil namanya. Suara itu bukan berasal dari Jingga karena sejak tadi laki-laki itu seolah tidak peduli dengan kehadirannya.

"Senja kok buru-buru?"

Bella mengulas senyumnya kemudian mencium tangan Lisa ketika wanita cantik itu baru saja sampai di hadapannya.

"Iya tan, Bella cuma mau nganterin makanan dari Bianca aja."

"Kamu ini udah lama nggak pernah ke rumah, sekalinya dateng kok cuma sebentar doang! Ayo masuk dulu! Nggak baik kalo cuma sampe deket pintu."

"Bella masih ada urusan tan."

Lisa mengangguk pelan kemudian menoleh ke arah Jingga.

"Ya udah hati-hati ya Senja, biarin aja Jingga sok nggak peduli sama kamu nanti juga nggak lama dia nyesel."

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now