43 • Putus atau Terus?

401 54 14
                                    

"Jingga dan Senja memang satu, tapi tidak selamanya akan selalu bersatu, karena langit senja pun tidak selalu berwarna jingga."

-Revalino Jingga

~Jingga dan Senja~

Bella duduk di ruang tamu milik Jingga karena ketika ia ingin mengajak pergi, laki-laki itu menolak dengan alasan sedang tidak ingin pergi kemana pun dan ya, ini adalah untuk pertama kalinya Jingga menolak ajakan Bella.

Bella menoleh ke arah Jingga yang sedikit terasa membosankan, sejak tadi laki-laki itu tidak banyak bicara. Paling-paling hanya suara dari televisi yang menjadi pengisi keheningan di antara keduanya. Bella menghela napasnya, semenjak ia bertemu dengan Stella sikapnya menjadi sedikit berubah. Tidak banyak bicara dan cenderung menolak semua keinginan Bella.

"Ga, lo kenapa sih?"

Jingga tidak menjawab pertanyaan Bella, matanya terus menatap siaran televisi tetapi Bella tahu bahwa pikirannya tidak tertuju pada siaran tersebut. Lantas, Bella menepuk bahu Jingga pelan namun, tetap berhasil membuat Jingga terperanjat.

"Kenapa Stell?"

"Gue Senja bukan Stella."

Jingga mengusap bagian wajahnya sekilas kemudian menghela napasnya. "Maaf Sen, kenapa?"

"Jadi dari tadi lo mikirin Stella?"

"Nggak, bukan mikirin tapi cuma--"

"Cuma kepikiran?" tebak Bella dengan cepat.

"Nggak Senja, lo mau main apa? Main game atau mau nonton drama?"

Bella mendengkus kesal, bisa-bisanya Jingga memikirkan Stella di saat sedang bersamanya apalagi ia sampai benar-benar mengabaikan kehadirannya. Bella melirik ke arah tangga ketika melihat Lisa baru saja turun dari lantai atas, ia menghela napasnya. Untung saja wanita itu tidak bekerja, sehingga ia tidak perlu terus-menerus berdiam diri bersama dengan Jingga.

"Senja, sejak kapan di sini?"

Bella mencium tangan Lisa dan mengulas senyumannya. "Sejak tadi tan, tapi dicuekin terus sama Jingga."

"Loh, kenapa Ga? Kok Senja-nya dicuekin?"

"Nggak nyuekin ma."

"Tante mau kemana?"

"Mau masak."

"Bella ikut deh tan, nanti Bella bantuin masak. Daripada di sini, udah kayak patung aja diem-dieman terus."

Lisa tersenyum kemudian mengajak Bella menuju dapur sedangkan Jingga hanya bisa menghela napasnya. Kenapa juga ia bisa sampai mengabaikan kehadiran Bella hanya karena pikirannya dipenuhi oleh bayang-bayang Stella.

Bella mulai memotong sayuran yang disediakan sedangkan Lisa memilih untuk melakukan aktivitas lain. Sesekali Bella melirik ke arah Lisa yang terlihat fokus. Kenapa hari ini ia benar-benar merasa diabaikan?

"Tante."

"Iya Senja, kenapa?"

"Tante marah nggak sama Bella?"

"Nggak lah, kamu kan nggak salah apa-apa."

"Kira-kira Jingga masih sayang nggak ya sama Bella?"

"Kok nanya gitu? Kan udah jelas dari waktu kalian masih SMA sampe udah mau semester 4 perasaan Jingga selalu sama buat kamu, dia itu sayang banget sama kamu Senja bahkan mungkin lebih sayang ke kamu daripada dirinya sendiri makanya dia sampe rela terluka demi melindungi kamu."

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang