34 • Rumah Pohon

396 53 19
                                    

"Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu harus menjelma aku"

- (Sapardi Djoko Damono)

mau dispam komen dong sepi bgt hiks 😢
dan jgn lupa cek Jingga dan Senja 1 di bagian info penting yaa

~Jingga dan Senja~

Seorang gadis berambut panjang terlihat sedang berlari dengan susah payah, peluh sudah membanjiri wajahnya bahkan kakinya pun mulai terasa lemas akibat terus-menerus berlari namun, tidak ada lagi yang dapat ia lakukan selain menghindari kejaran laki-laki berjubah hitam tersebut.

Gadis itu berusaha meminta pertolongan namun di sekitarnya tidak ada satu pun orang. Hari pun sudah begitu larut, jadi wajar saja jika para warga tidak mendengar teriakannya, akibat terlalu larut di dalam alam mimpinya.

Gadis itu memekik kencang ketika kakinya tidak sengaja menginjak batu sehingga membuatnya terjatuh, rasa nyeri pun mulai mendera kakinya. Jika sudah begini, dapat dipastikan bahwa ia tidak bisa berlari lagi. Ia melihat laki-laki itu semakin mendekat, tangan kanannya mengenggam erat pisau yang berkilau.

"Aku mohon, lepaskan aku." Gadis itu berusaha memohon dengan air mata yang mengalir deras pada bagian wajahnya namun sepertinya, iblis itu tidak memiliki hati nurani sehingga ia menancapkan pisaunya pada bagian mata, membuat gadis itu memekik dengan kencang.

Jingga tertawa ketika melihat Bella melingkarkan lengannya pada lengan miliknya sembari terus berteriak dan menyembunyikan wajahnya pada lengan atas Jingga.

"Galak-galak kok nonton film gitu aja ketakutan."

Jingga berusaha memalingkan wajah Bella agar ia kembali menyaksikan tayangan tersebut namun Bella semakin menyembunyikan wajahnya dan tidak ingin melihatnya lagi.

"Ya ampun sadis banget masa matanya dikoyak-koyak gitu sampe keluar Sen!"

"Sekarang perutnya ditusuk Sen!"

"Terus dibelek gitu, isi perutnya dikeluarin."

"Jingga diem!"

"Seru banget Senja film-nya. Lo harus liat pokoknya!"

"Nggak!"

Bella tidak mengubah posisinya hingga film tersebut hampir selesai karena memang ada banyak adegan kekerasan dan Bella paling tidak bisa melihat hal seperti itu. Selama film itu berlangsung, ia hanya mendengar celotehan Jingga yang terus saja memberitahu setiap detail adegan dalam film tersebut.

"Udah selesai neng film-nya, betah amat modusnya. Mentang-mentang gue ganteng."

Bella menjauhkan tubuhnya dari Jingga kemudian melihat ke arah layar bioskop yang sudah tidak menampilkan film lagi, bangku-bangku di sekitarnya pun sudah tidak diisi oleh para penonton lagi. Bella bangkit dari tempat duduknya kemudian meninggalkan Jingga begitu saja. Ia sangat kesal dengan Jingga karena sejak awal, ia sudah meminta Jingga untuk membeli tiket film romantis, komedi atau horor tetapi laki-laki itu malah memilih film ber-genre thriller.

"Kurang sadis ya Sen?"

"Bodo amat! Buang-buang duit tau nggak gue jadi nggak nonton!"

"Tapi kan enak bisa modus sama orang ganteng. Hampir dua jam lagi, beruntung banget lo Sen."

"Terserah lo Ga."

Jingga terkekeh pelan ketika melihat wajah Bella yang terus-menerus menunjukkan kekesalannya. "Ya udah, sebagai gantinya gue traktir makan deh. Lagian tadi mau gue bayarin nggak mau."

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang