08 • Kehidupan dan Persahabatan

752 55 3
                                    

"Terkadang sahabat adalah orang yang lebih bisa mengerti apa yang kita rasa daripada keluarga sendiri."

~Jingga dan Senja~

Jingga keluar dari kamarnya dengan menggunakan boxer dan kaus oblong. Tangannya sibuk dipergunakan untuk mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.

Jingga menghampiri ruang keluarga, di sana ada Lisa dan juga Bianca yang sama-sama tengah fokus menyaksikan acara gosip, sesekali mereka menyerocos heboh, mengomentari setiap gosip yang sedang ditayangkan. Jingga hanya menggeleng saja, memang wanita jika sudah bertemu, hobinya menggosip entah itu tentang artis atau bahkan teman dekatnya sendiri.

Jingga mengambil minuman dingin dari kulkas dan menenggaknya hingga hampir setengah dari botol tersebut, setelahnya ia berjalan untuk menghampiri Lisa dan juga Bianca. Jingga melempar asal handuknya dan jatuh tepat pada bagian wajah Bianca, sasaran yang tepat.

"Sialan lo Jingga! Ini handuk udah berapa bulan kagak lo cuci? Bau banget!" Bianca memegang handuk tersebut dengan hanya dengan menggunakan kedua jarinya, seolah benda itu benar-benar menjijikan.

"Lo jadi pembantu yang sopan dikit dong sama majikan!"

"Sembarangan! Mana ada pembantu secantik gue!" Bianca mengibaskan rambutnya tepat pada wajah Jingga.

"Bau rambut lo!"

"Udah, udah berisik. Yang bener itu, Bianca pembantu dan Jingga tukang kebun."

"Oke, Jingga sekarang kamu bersihin rumput di halaman balakang pake gigi kamu!"

Jingga tertawa hambar. "Lucu banget orang utan."

"Siapa yang kamu maksud orang utan?!"

"Yang barusan nanya."

"Dasar anak durhaka! Tega kamu Jingga sama mama?! Tega kamu!" Lisa menyentuh dadanya sambil sesekali berpura-pura menyeka sudut matanya.

"Setelah selama sembilan bulan mama mengandung anak nggak berguna ini, bertahun-tahun mama rawat dengan terpaksa dan ini balasan kamu Jingga?! Kalau kata pak haji Roma Irama, sungguh terlalu!"

"Roma Irama biskuit kan?"

"Roma kelapa!" Bianca menggeram kesal, bisa gila lama-lama ia berada di rumah ini dengan ibu dan anak yang tidak ada bedanya.

"Gimana? Acting mama keren nggak tadi?"

Jingga bertepuk tangan dengan begitu heboh hingga suaranya bisa membuat telinga sakit. "Keren banget! Akhirnya ada yang bisa dibanggain dari mama. Seenggaknya Jingga bisa sedikit bersyukur punya mama modelan kayak gini."

Lisa memasang wajah arogannya. "Iyalah, mama gitu loh! Udah pasti ini mama lolos casting."

"Casting apa?!" Jingga dan juga Bianca bertanya secara bersamaan.

"Itu yang di Indosiar, Suara Hati Seorang Istri, beberapa hari yang lalu open casting terus mama iseng ikutan, belum ada pengumumannya sih tapi semoga aja lolos jadi nanti mama masuk tv deh, kalian jangan lupa nonton ya kalo mama lolos sekalian promosiin ke temen-temen kampus kalian. Oke?"

"Tante serius?"

"Serius lah!"

"Ini bisa minta ganti mama nggak sih? Malu banget punya mama kayak gini. Mending mama di rumah aja daripada main sinetron begituan."

"Emang kamu nggak bisa banget menghargai usaha mama, pantes aja usaha kamu sering nggak dihargai sama Senja. Karma itu namanya, rasakan!

"Mama udah menyimpan dendam kesumat sama kamu Jingga! Jeleger! Jeleger!"

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now