35 • Keluarga

404 47 6
                                    

"Marah itu wajar, benci itu wajar dan memiliki rasa dendam juga merupakan hal yang wajar, tetapi jika kamu terus-menerus mengotori hatimu dengan perasaan itu maka semuanya menjadi tidak wajar dan kamu menjadi kehilangan kebahagianmu sendiri."

[spoiler] setelah part 36 ada bnyk something xixixi

~Jingga dan Senja~

"Nuhun mang." Bella mengucapkan terimakasih ketika penjual bubur itu menghidangkan pesanannya.

Setelah semalaman menginap di rumah pohon, Jingga dan Bella memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu dan jalan-jalan di sekitar kota Bandung sembari menikmati sejuknya udara di pagi hari.

Jingga menoleh ke arah Bella yang tengah menyantap bubur tersebut tanpa ia aduk terlebih dahulu. "Apa rasa makan bubur nggak diaduk gitu?"

"Enak Ga, daripada punya lo. Ngeliatnya aja udah bikin nggak nafsu makan."

"Lebih enak gini Sen, bumbunya lebih nyatu, kalo nggak percaya cobain aja nih."

"Lo juga harus nyobain." Bella menyodorkan sesendok bubur ke arah mulut Jingga, begitu pun dengan laki-laki itu.

"Masih lebih enak punya gue."

"Ya udah kalo gitu tukeran." Jingga menukar mangkuk buburnya dengan mangkuk bubur Bella, membuat Bella berteriak kesal dan terus berusaha mengambil alih.

"Kak Bella?"

Bella menolehkan kepalanya ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Raut wajahnya langsung berubah ketika mengetahui siapa orang tersebut, ia menarik tangan Jingga secara tiba-tiba dan membuat laki-laki itu menggerutu karena ia baru saja memakan dua sendok bubur dan perutnya masih terasa lapar.

"Kita pulang aja Ga."

"Kak Bella tunggu!"

Bella mengabaikan teriakan orang itu dan terus menarik tangan Jingga menjauhi lokasi namun Jingga menahan langkah kakinya sehingga secara otomatis Bella pun ikut berhenti.

"Kenapa berhenti sih?!"

"Itu lo dipanggil Sen, kok malah pergi?"

"Gue nggak kenal jadi buat apa harus ditanggepin?"

Jingga sedikit berteriak dan melambaikan tangannya untuk menyuruh anak remaja itu menghampiri mereka sedangkan Bella hanya berdecak kesal.

"Mau ngomong apa? Senja nya ada di sini, nggak bakalan kabur."

"Kak Bella masih inget gue kan? Gue Fajar kak."

"Waw! Jingga, Senja, Fajar. Kok bisa gitu?" Jingga berbicara sendiri karena tidak ada yang menanggapinya. Menyedihkan.

"Eyang sakit kak, dia pengen banget ketemu kak Bella sama kak David. Udah cukup lama Eyang sakit dan selalu aja nyebut nama kakak sama kak David. Gue harap lo mau nemuin Eyang walaupun cuma sebentar. Seenggaknya kalo pun seandainya hidup Eyang nggak lama lagi, Eyang udah sempet ketemu kalian."

"Eyang juga selalu nanyain kabar kalian tapi kita nggak ada yang tau gimana keadaan kalian, kita juga nggak tau alamat rumah kalian."

Bella tertawa pelan. "Ngapain sok peduli gitu? Gue sama kak David udah dewasa, bisa menjaga diri sendiri, jadi nggak usah sok mengkhawatirkan kita."

"Gue juga masih inget jelas waktu Eyang dan orang tua lo nggak menerima kak David, cuma kalian keluarga yang paling deket karena semua keluarga papa jauh tapi kalian bener-bener nggak peduli. Kalian nggak pernah menganggap kita sebagai keluarga, setelah mama sama papa meninggal, kak David berusaha mati-matian untuk menghidupi dia dan gue, padahal umur dia masih 14 tahun tapi dia harus banting-tulang cuma demi gue bisa tetep sekolah dan mendapatkan kehidupan yang layak. Apa kalian pernah sekali aja berusaha membantu kak David atau sekadar menanyakan keadaan dia? Nggak kan? Kalian nggak pernah peduli!"

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang