36 • Bandung dan Segala Kenangan

383 52 11
                                    

"Aku tidak pernah tahu bahwa seseorang sebelumnya benar-benar aku hindari justru menjadi sosok yang benar-benar ku cintai."

-Senja Zetana

~Jingga dan Senja~

Bella menikmati suasana di sekitar rumah Linda yang terbilang sangat nyaman, rumah besar berbau klasik dengan tumbuh-tumbuhan yang menghiasi sekitar berhasil membuat udara di sekitar rumah menjadi terasa lebih segar, terlebih saat ini suasana hatinya pun sedang bahagia.

Bella menghentikkan langkahnya karena Linda yang meminta. Saat ini, mereka tengah berjalan di sekitar halaman rumah untuk sekadar mengenang masa-masa dahulu. Sejak tadi, Bella dan juga David tidak banyak berbicara, paling-paling hanya menjawab pertanyaan Linda saja.

"Kalian itu mirip banget ya? Sama-sama irit ngomong."

"Tapi nggak papa, Eyang tetep senang kalian di sini. Kalo lagi ada waktu senggang, main ke sini lagi ya?"

Bella menganggukkan kepalanya begitu pun dengan David, berulangkali ia mendengar suara batuk Linda yang seperti sudah sangat parah, tidak ada satu pun yang berbicara penyakit yang diderita oleh Linda dan keduanya pun tidak berani bertanya.

"Oh iya Dav! Kamu nikah sama Bianca baru banget ya?"

"Iya Eyang."

"Gimana kalo sama istri kamu? Dingin kayak gini juga?"

"Nggak sama sekali Eyang, kak David kalo sama Bianca mah perhatian banget, mana pernah nyuekin Bianca, terus deket-deketan. Bianca nyenderin kepalanya di bahu kak David atau nggak peluk-pelukan, nempel terus deh udah kayak permen karet. Tapi giliran Bella yang meluk kak David, kayak jiji banget dia. Anti banget pokoknya kalo sama Bella mah."

"Bella kalo di rumah berasa angin doang, ada tapi nggak keliatan. Mereka asik aja terus berduaan."

David mencubit pinggang Bella sehingga membuat gadis itu memekik kencang dan memukul bahu David.

"Nggak usah ngada-ngada!"

"Lah emang bener kan?"

"Mending gue udah nikah daripada lo, masih pacaran aja udah berani nyium Jingga."

David mengulas senyumannya ketika melihat wajah Bella berubah warna menjadi kemerahan sembari membelalakkan matanya. "Kok kak David tau?"

"Dulu Jingga yang cerita."

Bella mengepalkan kedua tangannya, memang benar-benar makhluk yang satu itu, punya mulut tidak pernah bisa dijaga.

"REVALINO JINGGA!"

"Kenapa Sen?" Jingga menghampiri ketiganya karena mendengar teriakan Bella.

"Kenapa sih jadi cowok nggak bisa diem banget?!"

"Kalo gue diem terus berarti gue patung Sen."

"Siapa yang nyuruh lo bilang ke kak David masalah boneka itu?!"

"Bella, udah. Jadi perempuan jangan galak-galak, nanti laki-laki nggak pada mau sama kamu."

"Tuh! Dengerin apa kata Eyang lo. Jangan galak-galak!"

"Dia nyebelin Eyang, kalo nggak digalakin tambah nyebelin."

Bianca berdiri di sebelah kursi roda milik Linda kemudian ia mengarahkan ponselnya ke atas dan meminta persetujuan yang lainnya untuk mengambil foto, sebagai kenangan yang bisa dipajang. Setelah mengambil beberapa potret, semuanya langsung menoleh ke arah Linda ketika mendengarnya tidak pernah berhenti batuk.

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now