41 • Problematika

361 47 4
                                    

"Aku seringkali merasa bahagia setiap kali mendapat perhatian lebih darimu, setiap kali mendapat perlakuan manis darimu hingga aku lupa bahwa kamu hanya ingin menjadi orang yang ramah, bukan ingin menjadikanku sebagai rumah—tempatmu singgah dan menetap."

selamat ngabuburead

~Jingga dan Senja~

Bella membuka pintu ruangan tempat Jingga dirawat, tidak ada siapa pun di sana karena saat ini Lisa tengah bekerja. Bella mengulas senyumannya sedangkan Jingga masih memejamkan matanya. Setelah itu, Bella meletakkan kotak makan berisikan makanan kesukaan Jingga yang sengaja ia buat sebelum berangkat ke rumah sakit.

"Pagi Ga."

Jingga mengubah posisinya menjadi bersandar pada sisi ranjang rumah sakit. Bibirnya bergerak untuk menciptakan senyum tipis.

"Masih pagi kok udah ke sini aja?"

"Tante Lisa bilang mau kerja terus nggak ada yang jaga lo."

"Nggak berguna banget gue sampe dijagain sama cewek, harusnya kan gue yang menjaga lo bukan sebaliknya."

"Lo kayak gini juga kan demi melindungi gue Ga. Jangan ngomong gitu."

"Kalo seandainya gue dapet pendonor mata berarti yang bisa melihat lo sehari-hari mata orang lain dong."

Bella tertawa pelan. "Emang kenapa? Kan cuma matanya aja, masa lo cemburu sama mata orang?"

"Kalo bisa pendonornya jangan cowok ya."

"Iya, nanti gue usahain cari pendonor cewek."

Bella membuka kotak makan hingga tercium aroma masakan yang sangat menggugah selera, membuat Jingga menghirup aroma masakan tersebut. "Jadi laper, masak apa ini?"

"Daging manusia."

"Cantik tapi sadis ya."

Bella terkekeh pelan. "Lo mau gue masak juga nggak?"

"Kayak tega aja masaknya, gue pergi dikit aja nangis-nangis."

"Pura-pura aja nangisnya."

Bella mengambil satu sendok nasi serta lauk kemudian mengarahkannya ke mulut Jingga yang langsung disambut hangat oleh laki-laki itu. Sebenarnya pihak rumah sakit sudah memberinya sarapan tetapi, Jingga bilang bosan dengan makanan rumah sakit yang hanya diberi garam saja dan karena Lisa sedang sibuk dengan pekerjaannya, jadi lah Bella berinisiatif untuk membuatkan Jingga makanan.

"Ngomong-ngomong, Al gimana?"

"Sampe dengan selamat kok, dia juga nitip salam buat lo katanya sekarang udah nggak akan ada yang ganggu hubungan kita lagi."

"Syukur lah."

"Lo nggak benci sama Al kan Ga? Kalo di hati lo masih ada rasa kesal sama dia, gue pikir lebih baik dibuang jauh-jauh karena dia juga nggak seburuk itu kok."

"Gue nggak pernah benci sama dia. Udah ah Sen, jangan banggain dia di depan gue. Panas hati gue."

Bella terkekeh pelan. "Iya, maaf."

Setelah itu, keduanya saling diam sehingga hanya ada kesunyian. Beruntungnya, pintu ruangan terbuka--menampilkan sosok manusia yang bisa membuat suasana menjadi ramai, bahkan mungkin kelewat ramai.

"Loh, kak David hari ini nggak kerja?"

"Kantor gue lagi ada acara liburan gitu, jadi gue milih nggak ikut dan pergi ke rumah sakit. Jingga doang sih yang lo peduliin, masa kakaknya sendiri nggak kerja aja nggak tahu, padahal satu rumah."

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now