11 • Anak-anak dan Pendidikan

697 48 2
                                    

"Pada dasarnya semua orang membutuhkan pendidikan karena pendidikan lah yang dapat mengatur pola pikir seseorang."

~Jingga dan Senja~

Bella menatap sekitarnya, terlihat begitu kumuh. Banyak sampah yang dibiarkan berserakan hingga membuat lalat hinggap di sana. Jalanan yang dilalui pun terdapat banyak genangan, jika ia tidak hati-hati sudah pasti kakinya akan terkena air kotor tersebut.

Bella menatap segerombolan anak-anak yang langsung berlarian menghampiri Jingga, anak-anak itu mencium tangan Jingga dan juga tangannya. Senyuman mengembang di wajah kusam mereka, baju yang mereka kenakan terlihat begitu lusuh dan sedikit kebesaran, tanda bahwa mereka sangat tidak terawat.

Sejak tadi, banyak ibu-ibu yang menyapa Jingga seolah mereka telah kenal lama. Bella pun tidak tau mengapa tiba-tiba saja Jingga mengajaknya pergi ke pemukiman kumuh di sudut Jakarta.

"Kak Jingga kemana aja? Sibuk banget ya sampe nggak pernah ke sini lagi?" Salah satu anak perempuan bertanya kepada Jingga yang kemudian dibalas oleh senyuman dan juga usapan lembut pada bagian kepalanya. Untung saja anak kecil, coba kalau bukan sudah pasti ia akan terbakar api cemburu melihat perlakuan manis Jingga.

"Maaf ya, kemarin-kemarin lagi banyak kerjaan. Tugas kampus juga makin banyak."

"Kak itu siapa?" Seorang anak laki-laki bertubuh kurus bertanya kepada Jingga dengan sedikit berbisik.

"Calon istri, doain aja ya biar jadi beneran." Jingga menjawab pertanyaan anak tadi dengan bisikkan agar Bella tidak mendengar namun anak itu berteriak 'amin' dengan kencang yang kemudian diikuti oleh anak-anak lain.

"Jingga ngomong apa?"

"Nggak ngomong apa-apa."

Bella duduk di sudut ruangan sembari memperhatikan Jingga yang saat ini tengah menuliskan perkalian 11-20 di sebuah papan tulis kecil. Sejak tadi ia tidak bisa menahan lengkungan pada bibirnya, melihat ketulusan Jingga membuatnya merasa sedikit insecure karena selama ini ia cenderung fokus dengan dirinya sendiri. Semua ilmu yang ia miliki jarang sekali ia bagi dengan orang lain, berbeda sekali dengan Jingga. Pantas saja, Jingga lebih pintar meskipun ia tidak selalu membaca dan menghapal materi, itu pasti karena ia selalu memanfaatkan kepintarannya untuk hal-hal yang baik.

Bella menelusuri setiap sudut ruangan dengan menggunakan kedua bola matanya. Sepertinya hanya bangunan sederhana ini yang terlihat sangat bersih. Di sudut ruangan terdapat satu rak yang di dalamnya menyimpan banyak buku, Bella yakin bahwa bangunan ini memang sengaja dibuat oleh Jingga agar anak-anak itu bisa menuntut ilmu dengan nyaman.

"Sekarang, hapalkan perkalian itu, kalo udah datang ke kakak ya nanti kakak tes. Yang bener kakak beliin es krim."

"Serius kak?!" Anak-anak itu berkata dengan begitu antusias, seolah mereka tidak pernah memakan es krim.

"Nggak sih boong. Kalian kan pinter-pinter pasti bener semua, tekor dong nanti."

"Males lah kak Jingga pelit!"

Jingga tertawa. "Ngapain beli es krim manis gitu, yang ngajar aja juga udah manis."

"Dih pede amat jadi orang!"

Jingga tertawa lagi. "Iya, beneran nanti dibeliin es krim. Sama abang-abangnya juga nggak papa."

"Makasih kak Jingga yang ganteng dan baik hati."

Jingga menggerutu, dasar anak-anak! Kalau ingin dibelikan sesuatu baru memuji.

Jingga menghampiri Bella yang masih setia duduk di bagian paling belakang sembari menyandarkan punggungnya pada dinding ruangan.

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now