17 • Baksos

597 49 6
                                    

"Aku pikir zat yang bisa membuat kecanduan adalah narkotika tetapi ternyata bukan, karena ada yang lebih bisa membuat aku kecanduan, yaitu kamu dan tawamu."

~Jingga dan Senja~

Tiga hari telah berlalu dan hari ini anggota BEM UI beserta beberapa mahasiswa kedokteran akan melakukan project yang telah mereka rencanakan karena proposal yang mereka ajukan sudah disetujui oleh dosen besar. Mereka akan menjalankan project mereka di daerah Jakarta, tepatnya di pemukiman tempat biasa Jingga mengajar.

Bella menaiki anak tangga untuk bisa sampai di dalam bis, ia mengedarkan pandangannya saat melihat semua mahasiswa sudah duduk dengan teman-temannya.

"Vetta kok lo malah duduk sama yang lain sih?!"

Vetta tersenyum. "Maaf ya Bella ku sayang, lo kelamaan sih jadi gue pikir nggak jadi ikut."

"Yaudah pindah lah!"

"Duh Bell pw banget nih."

"Jahat banget lo masa tega ngebiarin gue duduk sendirian!" Bella meninggalkan Vetta dan menuju kursi yang berada di paling belakang.

"Sorry gue telat!"

"Kursi yang tersisa tinggal satu Ga jadi lo duduk di sana ya."

"Kak Saga sengaja ya?!" Bella berteriak ketika melihat Saga menujuk ke arah kursi di sebelahnya.

"Ah lo Bell! Sok-sokan nggak suka padahal mah masih suka kan lo?"

"Setuju kak Saga! Aku padamu!" Vetta berteriak.

Jingga mengukir senyumannya kemudian berjalan dengan penuh antusias, menuju tempat duduknya, ia tau bahwa suasana hati Bella saat ini sudah hancur tapi tidak masalah, yang terpenting ia bisa berdekatan dengan gadis itu.

"Hai Senja. Apa kabar? Udah lama nggak ketemu." Jingga menyapa Bella yang saat ini terus mengalihkan pandangannya ke arah jendela bis.

Jingga melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Terhitung, sekitar 10 menit kita nggak ketemu. Senja pasti kangen berat sama gue."

"Let's go!" Saga berteriak kemudian bis mereka melaju meninggalkan kampus, beberapa mahasiswa terlihat menikmati perjalanan ini tetapi tidak dengan Bella karena sejak awal suasana hatinya sudah hancur.

"Semoga macet."

"Ngomong apa?"

"Gue bilang, semoga jalanan dari Depok ke Jakarta macet parah, biar gue bisa lebih lama di deket lo."

Bella mendengus kesal kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah jendela, ia tau bahwa sejak tadi Jingga terus memandanginya secara terang-terangan dan hal itu membuatnya merasa risih.

"Nggak encok tuh leher lo dari tadi nengoknya ke arah kaca terus? Sayang amat cogan di sebelahnya dianggurin."

Bella memandang ke arah jalan yang perlahan mulai basah akibat hujan turun dengan deras, sesekali ia berdecak karena perjalanan seakan terasa begitu jauh.

Bella menoleh ketika melihat tangan Jingga menjulur ke arah kaca bis tersebut, membuat Bella memundurkan tubuhnya meskipun nyatanya sudah tidak bisa lagi. Jingga menggerakkan jari telunjuknya pada kaca bis, seperti tengah menuliskan sesuatu. Dasar kurang kerjaan!

Bella terus memandangi Jingga yang terlihat fokus sekali bermain dengan kaca bis.

"Kok ganteng banget sih?"

Bella langsung mengalihkan pandangannya ketika kalimat itu tidak sengaja terlontar di dalam hatinya.

"Selesai." Jingga tersenyum dan menjauhkan tangannya kembali, membuat Bella bernapas dengan lega karena penasaran Bella pun memandang kaca tadi dan menemukan sebuah kalimat singkat pada kaca yang berembun. Kalimat itu adalah 'Jingga sayang Senja.'

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن