05 • Pelukan Jingga

984 69 3
                                    

"Jika diibaratkan bunga, kamu adalah bunga mawar; indah tetapi berduri. Jadi, semakin aku berusaha memelukmu, maka semakin besar pula luka yang aku dapatkan."

~Jingga dan Senja~

Seiring berjalannya waktu, masa SMA pun telah berakhir, menyisakan kenangan yang begitu sulit untuk dilupakan dan setiap siswa harus mulai mempersiapkan dirinya dalam rangka menghadapi dunia perkuliahan yang pastinya jauh lebih rumit daripada masa SMA.

Benar kata orang, bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Setelah menekuni pelajaran dan mengejar ketertinggalan materi dengan Jingga yang selalu rutin memberikan penjelasan melalui voice note maupun berbagai video, Bella akhirnya berhasil meraih apa yang ia impikan selama ini.

Kedokteran Universitas Indonesia adalah jurusan yang akan Bella tekuni selama kurang lebih 4 tahun. Bella tahu bahwa jurusan ini adalah salah satu jurusan yang cukup menguras otak. Tetapi, ia yakin jika ia mau bersungguh-sungguh dalam menekuni bidang yang diambilnya, maka semuanya bisa berjalan sesuai apa yang ia inginkan.

Bella memandang kota Depok, tempat yang akan ia tempati sampai beberapa semester karena ketika memasuki semester 8 kegiatan belajar mahasiswa kedokteran UI akan dialihkan ke Salemba.

Sebenarnya, Bella tidak ingin meninggalkan Jakarta dan seisinya walau hanya untuk hitungan tahun karena kota tersebut telah begitu banyak memberikannya kenangan. Tapi, Bella sangat bersyukur karena setidaknya Jingga juga berhasil masuk ke Universitas yang sama dengannya dan dengan jurusan yang sama pula.

Setelah menemukan kos-an murah dan nyaman untuk tempat tinggalnya. Bella memilih untuk kembali ke Jakarta terlebih dahulu, mengingat ia masih memiliki waktu beberapa hari lagi sampai resmi menjadi calon mahasiswa baru di Universitas Indonesia.

"Bella, kenapa lo nggak kayak Jingga aja bolak-balik Jakarta-Depok? Gue 'kan nggak mau jauh-jauh dari lo, Bell." Adeeva berkata ketika dirinya, Bella, Jingga, Kenzie, Gafar dan juga Devian tengah bersantai pada sebuah kedai kopi ternama di daerah Jakarta.

"Males, Dev, capek."

"Gue tahu, Bell. Lo pasti nggak mau pulang bareng sama Jingga, 'kan? Lo pasti bosen 'kan ngeliat muka makhluk astral itu terus? Gue tau, kok, Bell, mukanya Jingga emang ngebosenin banget kayak mukanya Adeeva." Kenzie melirik Jingga dan juga Adeeva yang tengah menatapnya nyalang.

"Ada juga lo yang ngebosenin."

"Bener banget, Ga! Makanya nggak laku-laku dari zamannya kerajaan Majapahit menyerang kerajaan Teuku Wisnu."

Gafar dan Kenzie tertawa terpingkal-pingkal.

"Bahkan gorila aja tau kalo Teuku Wisnu itu nama artis, bukan nama kerajaan."

"Maksud lo apa bawa-bawa gorila? Lo nyamain gue sama gorila?!" Adeeva memaki Kenzie dengan kepala yang sudah berapi-api.

"Kapan, sih, kalian akur?" Bella menyeletuk karena telinganya terasa nyeri akibat teriakan-teriakan Adeeva.

"Gue? Akur sama telor kambing?" Adeeva tertawa.

"Mustahil!" Adeeva menekankan gaya pembicaraannya.

"Udahlah! Bosen gue ketemunya kalian mulu."

"Lo pikir gue nggak bosen?!" Kenzie membalas perkataan Jingga.

"Jelas enggak Jingga! Lo 'kan kekasih gelap gue."

Jingga menjulurkan tangannya dan memandanginya dengan cukup lama kemudian kepalanya ia tolehkan ke arah Bella yang duduk tepat di sampingnya.

"Emang aku item, Senja?"

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Onde histórias criam vida. Descubra agora