32 • Kembali

412 51 32
                                    

"Sebenarnya cinta itu sederhana, hanya saja manusia seringkali mengubah definisi sederhana itu menjadi serumit mungkin."

~Jingga dan Senja~

"Angkat tangan kalian!"

Beberapa orang polisi datang sembari mengarahkan pistolnya kepada Rasyad dan teman-temannya, sehingga membuat kedua teman Rasyad melepaskan tangan Bella.

Tidak lama setelah itu, datanglah Devian. Rupanya, ia lah yang membawa polisi itu meskipun Bella tidak tahu bagaimana Devian bisa mengetahui keberadaan mereka, tapi setidaknya Devian telah menyelamatkannya.

Setelah Rasyad dibawa oleh para polisi, Bella langsung menghampiri Jingga yang masih terbaring di lantai. Ia meletakkan kepala Jingga pada pahanya tanpa pernah berhenti menangis.

"Jingga bangun, gue ada di sini." Bella tau bahwa apa yang baru saja ia katakan adalah sesuatu hal yang sangat bodoh karena bagaimana pun juga Jingga sudah meminum racun itu, jadi tidak mungkin jika Jingga akan membuka matanya kecuali dokter telah berhasil menyelamatkannya.

"Kok lo bisa tau kita di sini Dev?"

"Nanti aja gue ceritanya, sekarang yang paling penting adalah kita selamatkan nyawa Jingga dulu, sebelum semuanya terlambat. Gue tadi udah menghubungi pihak rumah sakit, mungkin sebentar lagi ambulannya dateng."

Selang beberapa menit setelah Devian berbicara, suara sirine yang berasal dari ambulan pun terdengar. Para petugas medis memasuki gedung itu dengan membawa tandu kemudian mengangkat tubuh Jingga.

"Lo aja yang ikut ambulannya Bell, gue sama Gafar naik mobil pribadi."

Bella mengangguk singkat dan tanpa mau berdiam diri lebih lama lagi, ia segera menyusul Jingga yang baru saja dimasukkan ke dalam ambulan tersebut.

Bella menatap tubuh Jingga kemudian mengambil salah satu tangannya untuk ia genggam dengan begitu erat, berusaha menyalurkan seluruh kekuatannya agar Jingga bisa bertahan.

Bella kembali menangis, ia tidak bisa melihat kondisi Jingga saat ini. Jujur saja, hatinya terasa begitu sakit setiap kali melihat Jingga terbaring lemah.

"Jingga lo harus kuat, Senja di sini. Senja nggak akan meninggalkan Jingga, jadi Jingga juga jangan pernah meninggalkan Senja ya? Senja percaya kata-kata Jingga yang terakhir tadi, kalo Jingga nggak akan meninggal cuma karena racun itu. Jingga jangan menghancurkan kepercayaan Senja ya?" Bella membekap mulutnya ketika suara isakannya semakin terdengar.

"Semua ini karena gue. Jingga, gue minta maaf."

Setelah cukup lama di perjalanan, karena jarak rumah sakit cukup jauh, mereka pun akhirnya tiba. Para petugas medis langsung bergegas membawa Jingga ke dalam untuk segera ditangani oleh dokter. Bella terus saja merapalkan berbagai macam doa agar Jingga bisa diselamatkan. Perasaannya benar-benar tidak tenang karena sejak tadi, dokter masih belum juga keluar.

"Dokter gimana keadaannya?" Bella langsung bangkit dari tempat duduknya ketika dokter paruh baya baru saja keluar dari ruangan tempat Jingga berada.

"Arsenik itu bisa merusak organ-organ penting di dalam tubuh manusia dan bisa menjadi salah satu pemicu timbulnya kanker hati, tapi menurut saya dia hebat karena biasanya hampir jarang sekali orang yang mampu bertahan setelah keracunan arsenik."

"Jadi intinya gimana dok?"

"Dia nggak papa, masih untung racun yang dia minum tidak terlalu banyak, saya juga sudah menanganinya tapi dia masih belum sadarkan diri."

Bella menghela napasnya, senyuman langsung mengembang di wajahnya. Meskipun dokter itu mengatakan bahwa Jingga masih belum sadar, tapi setidaknya ia berhasil diselamatkan.

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now