15 • Kantin

596 51 7
                                    

"Mencintaimu adalah candu, jadi meskipun kamu menyakitiku berulangkali, aku tidak akan pernah berhenti memperjuangkanmu."

~Jingga dan Senja~

"Lo udah pinter ngapain sih masih belajar Ga?"

Jingga mengabaikan pertanyaan Gio dan tetap memilih melanjutkan kegiatan membacanya meskipun nyatanya ia selalu gagal fokus dengan segala materi yang tertera di dalam buku tersebut karena setiap kali ia berusaha untuk melepaskan Bella, pikiran dan hatinya seolah menolak keras.

"Ya elah Ga, nggak usah terlalu dipikirin, cewek itu kan banyak, yang cantik juga banyak, mau gue kenalin nggak?"

Gio menarik kursinya dan duduk tepat di sebelah Jingga yang sejak tadi tidak berniat untuk mengalihkan pandangannya dari buku.

"Ini namanya Sisil, anak hukum. Dia cantik, ramah dan pinter juga, bahkan kalo diliat-liat lagi ya Ga, masih cantikan Sisil daripada Bella."

"Secantik apa pun cewek itu tetep aja dia bukan Senja."

Alan tertawa, membuat Jingga dan juga Gio langsung menoleh ke arahnya. Alan mengambil kursi milik temannya yang tidak sedang dipakai kemudian duduk di sebelah kanan Jingga, membuat laki-laki itu hanya bisa mendengkus kesal. Saat ini kedua temannya berada di masing-masing sisi tubuhnya dan sudah bisa dipastikan bahwa setelah ini mereka akan bersekongkol untuk menjodohkannya dengan mahasiswi dari fakultas lain atau pun fakultas kedokteran yang menurut mereka berparas cantik.

"Jingga, Jingga lo itu jadi cowok kok setia amat, mantan lo aja udah punya pacar lagi Ga masa lo masih aja mengharapkan dia?"

"Pacar?"

"Iya, emang lo nggak tau?" Alan bertanya dan hanya dibalas gelengan oleh Jingga.

"Setelah sekitar 3 hari putus dari lo, Bella pacaran sama Al. Gue yakin udah dari lama Bella pengen putus dari lo Ga tapi nggak punya alasan dan hal ini dijadikan kesempatan sama dia buat putus dari lo biar kesannya yang salah itu lo bukan dia."

"Gue kenal Senja lebih lama dari lo, jadi gue yang lebih tau dia gimana jadi nggak usah ngomong yang nggak-nggak tentang dia."

"Gue tau Ga, lo kayak gini karena nama lo berdua saling berkaitan kan? Jadi lo percaya banget kalo Bella itu adalah jodoh lo."

"Bahkan langit senja pun nggak selalu jingga, jadi nggak menutup kemungkinan lo dan juga Bella emang nggak berjodoh karena sesuatu hal yang sama belum tentu yang terbaik. Udah lah Ga, kehilangan satu cewek bukan berarti lo harus kehilangan harapan."

Jingga menatap Gio, ia akui bahwa perkataan laki-laki itu tidak salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar, karena baginya jika Bella telah menjadikannya rumah maka sekuat apa pun ia menghindar, ia akan selalu kembali.

Jingga berdecak kesal, ia benci terlihat galau seperti ini. Jingga bangkit dari tempat duduknya dan membuat kedua temannya itu saling berpandangan.

"Jingga mau kemana?!"

"Kantin!" Jingga sedikit berteriak karena posisinya sudah berada cukup jauh dari kedua temannya.

"Gue ikut makan sama kalian boleh nggak?"

"Dih ngapain sih lo temennya Dora! Ikut-ikutan aja!"

"Boleh Vet, kursi ini terbuka lebar." Alan menunjuk kursi yang berada di sebelahnya.

"Makasih Alan, emang Alan baik banget nggak kayak Jingga!"

"Kalo gue nggak baik, nggak akan mau gue ngebantu lo ngasih informasi tentang Gio Vet."

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Место, где живут истории. Откройте их для себя