10 • Gara-gara Tremor

731 55 1
                                    

"Tidak apa-apa melakukan kesalahan yang terpenting setelah itu kita bisa belajar dari kesalahan yang pernah kita perbuat agar bisa menjadi orang yang lebih berhati-hati lagi dalam bertindak."

*sebelumnya maaf kalo ada kesalahan dalam penulisan adegan karena aku juga ga terlalu tau soal praktikumnya.

selamat membaca

~Jingga dan Senja~

Waktu berjalan dengan begitu cepat hingga tidak terasa mereka sudah menginjak semester 3. Selama dua semester kemarin, semuanya berjalan dengan baik dan Bella juga bisa mengikuti setiap modulnya dan meraih IPK yang bisa dibilang bagus.

Hari ini adalah hari yang menegangkan bagi mahasiswa kedokteran karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan praktikum anatomi yang menggunakan cadaver atau mayat tanpa keluarga yang sudah diawetkan.

Bella memandang laboratorium anatomi dari luar kemudian menghela napasnya untuk sekadar menenangkan hatinya. Sebenarnya ia sedikit ragu karena pada praktikum kali ini mereka akan diminta membedah tubuh cadaver tersebut untuk mengamati bagian saraf, otot, pembuluh darah maupun tulang manusia. Praktikum ini sengaja menggunakan manekin basah agar mahasiswa memiliki sentuhan perasaan terhadap seseorang.

Setelah memasuki ruang laboratorium, kelas mereka dibagi menjadi kelompok kecil dengan masing-masing mendapatkan satu cadaver sebagai pengajar mereka.

"Ingat, dalam praktikum kali ini yang dibutuhkan adalah ketelitian! Jangan sampe kalian melakukan kesalahan ketika membedah tubuh cadaver tersebut." Dokter Rira memberikan arahan kepada mahasiswanya.

Semua telah fokus pada cadaver masing-masing. Bella memberi garis-garis memanjang pada salah satu bagian tubuh cadaver tersebut, tujuannya agar ia tidak melakukan kesalahan ketika proses pembedahan.

Selanjutnya, ia mengamati setiap seluk-beluk tulang cadaver tersebut mulai dari cekungan, alur, lubang bahkan tonjolan-tonjolan kecil yang terdapat pada tulang tersebut.

"Bella!" Bella menoleh ketika Vetta memanggil namanya dengan suaranya yang dibuat sepelam mungkin.

"Ini gimana motongnya?"

"Dibuat garis dulu Vet biar nggak salah motong."

"Gimana caranya?"

"Bikin aja garis lurus gitu, garis yang terpotong-potong. Lo pernah liat di drama-drama kan? Kalo udah, lo tinggal arahin pisau lo mengikuti pola yang lo buat. Jangan sampe melenceng nanti tubuhnya malah rusak sebelum praktikumnya selesai."

Vetta mengangguk kemudian mencoba mengikuti arahan Bella. Jantungnya sudah berpacu dengan begitu cepat bahkan peluh pun membanjiri wajahnya padahal di ruangan ini menggunakan AC namun karena rasa panik telah menguasainya, membuat AC itu seolah tidak berfungsi lagi.

"Santai aja Vet, jangan tegang." Bella berbisik kepada Vetta ketika melihat tangan Vetta yang gemetar saat membuat pola pada cadaver tersebut.

"Bella! Gimana ini?!"

"Kenapa?" Bella melihat bagian tubuh yang menjadi tempat pembedahan Vetta dan ia mendapati lubang yang cukup besar akibat pemotongan yang tidak lurus.

"Lo gimana sih Vet? Ini kan bagian gue kenapa malah lo potong juga?" Salah satu teman sekelompok Vetta memarahinya karena tidak terima bagian yang seharusnya menjadi bagian yang akan ia bedah malah diambil alih oleh Vetta.

"Maaf, gue nggak sengaja."

"Kenapa?" Bella bertanya lagi.

"Tangan gue tremor Bella, gue nggak bisa." Vetta menunjukkan tangannya yang masih mengenggam erat pisau bedah ke arah Bella dan memang benar, tangan Vetta mengalami tremor parah. Hal itu pasti diakibatkan karena ia tidak rileks ketika melakukan pembedahan ini.

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now