16 • Ruang BEM

621 54 15
                                    

"Kita menjadi asing karena kamu memilih untuk berpaling tapi rupanya hatiku masih tetap menjadikanmu sebagai tempatku berpulang."

~Jingga dan Senja~

Bella membanting tubuhnya pada kursi yang terletak di ruangan BEM, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi tersebut kemudian memejamkan matanya dengan tangan yang sesekali ia gunakan untuk memijat kepalanya.

Saga menghampiri Bella kemudian duduk di sebelahnya, ia menyerahkan flashdisk sehingga membuat Bella mengernyitkan dahinya.

"Tolong banget ya Bell, lanjutin proposalnya, masih ada banyak kegiatan yang harus gue urus."

"Gue lagi? Kenapa nggak yang lain aja kak?"

"Masalahnya anak BEM yang lain udah gue kasih tugas buat mengurus baksosnya dan kalo masalah penyuluhan terhadap kesehatannya mau kayak gimana, itu urusan anak kedokteran cuma kebanyakan nggak mau turun tangan Bell dan gue juga lebih percaya sama lo."

"Yaudah lah!" Bella mengambil alih flashdisk itu dengan kasar.

"Nggak usah khawatir karena lo nggak akan ngerjain project ini sendirian, gue udah minta bantuan orang tapi dia bukan anak BEM, lo juga kenal kok sama dia."

"Bentar lagi orangnya dateng."

"Halo bro! Apa kabar?"

Bella menoleh ketika mendengar Saga menyapa seseorang, matanya tidak berhenti menatap orang itu hingga ia mendekati keduanya. Bella menghela napasnya kemudian menatap Saga.

"Nggak ada yang lain kak?"

Saga tertawa pelan. "Dari semua anak kedokteran, menurut gue Jingga yang paling bisa diandalkan, lagi pula lo juga kan kenal sama dia, jadi pasti lebih selaras lah kerja samanya."

"Walaupun udah putus hubungan bukan berarti harus memutuskan hubungan pertemanan kan? Udah! Nggak usah canggung gitu."

"Jingga lo bantu Bella bikin proposalnya ya."

"Gue bisa sendiri."

"Muka lo udah keliatan capek banget Bell, gue tau lo pusing makanya sebagai ketua BEM yang baik, yang sayang sama anggotanya, gue mau meringankan beban lo."

"Bantu cari tempat yang cocok juga ya Ga."

"Gue tinggal dulu." Saga menepuk bahu Jingga kemudian tersenyum jahil ke arah Bella yang saat ini tengah mendelik.

"Gue ada rekomendasi beberapa tempat yang cocok buat kalian melakukan project ini."

"Project ini semacam baksos dan penyuluhan terhadap kesehatan kan?"

Bella mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Menurut gue kalo untuk masalah kesehatan, masyarakat di pedalaman atau di pinggiran kota masih minim banget tentang hal itu, dilihat dari segi lingkungan yang mereka tempati masih jauh banget dari kata sehat, jadi gimana kalo kalian melakukan ini di tempat gue biasa mengajar aja? Atau kalo lo nggak setuju, gue ada rekomendasi lagi di perkampungan pinggir rel kereta, terserah lo mau pilih yang mana."

"Di tempat lo mengajar aja."

Jingga tersenyum. "Oke, yang masih kurang apa aja? Biar gue bantu, muka lo pucet banget kayaknya, sakit ya?"

"Nggak."

"Tolong lanjutin dulu, gue mau ngambil berkas." Bella menyerahkan laptopnya kepada Jingga kemudian bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri meja milik Saga untuk mengambil beberapa berkas.

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora