14 • Warna yang Hilang

621 52 2
                                    

"Ketika senja tak lagi jingga, bisakah aku memilikinya kembali?"

~Jingga dan Senja~

"Revalino Jingga! Keluar nggak lo?! Atau gue bakar nih rumahnya!"

"Eh jangan deh! Nanti gue kena amukan tante Lisa!"

"Jingga woy! Keluar dong! Jangan bikin cecan nunggu lama!"

Jingga berdecak kesal ketika mendengar suara teriakan yang bisa membuat gendang telinganya pecah, siapa lagi kalau bukan Adeeva pelakunya, si pemilik suara paling cempreng sejagat raya. Dengan penuh rasa malas, Jingga bangkit dari tempat tidurnya, padahal hari ini ia sangat ingin bermesraan dengan kekasih setianya itu. Lagi pula ia juga sedang malas berinteraksi dengan banyak orang di luar sana, iya kebiasaan yang dilakukan oleh orang yang baru saja putus cinta: galau sepanjang hari.

Jingga membuka pintu rumahnya, ia memasang tampang datarnya. "Ngapain?"

"Ngapain! Ngapain! Bisa-bisanya lo nanya gitu ke gue!"

"Emang dasar cowok! Semuanya sama aja! Kecuali Devian soalnya dia pacar gue. Habis bikin nangis anak orang dan setelahnya merasa nggak bersalah!"

"Kok lo tau?"

"Heh! Inget ya! Gue ini sahabatnya Bella! Gue yang kenal Bella lebih lama dari lo! Jadi kalo ada apa-apa ya Bella ceritanya sama gue lah!"

"Barusan dia dateng sambil nangis-nangis karena kemarin habis putus sama lo."

"Sekarang Senja masih di rumah lo?"

"Ya masih lah."

Jingga mengambil kunci motor yang sengaja ia letakkan di atas meja, berhubung ia masih menggunakan celana jeans jadilah ia tidak perlu repot-repot mengganti pakaiannya.

"Woy Jingga lo mau kemana?" Adeeva berteriak ketika Jingga keluar dari rumahnya dan menghampiri motornya.

"Rumah lo Dev."

"Ini yang punya rumah aja masih di sini!"

"Jingga gue nebeng dong! Gue ke sini pake ojol nih! Mahal!"

Jingga mulai menyalakan mesin motornya kemudian menoleh ke arah Adeeva, ia melemparkan kunci rumah kepada Adeeva yang langsung ditangkap oleh perempuan itu.

"Tolong kunciin pintu rumah gue, lagi nggak ada orang."

Adeeva menurut dan langsung mengunci pintu rumah Jingga namun ketika menoleh ia mendapati Jingga yang sedang menyalakan motornya dan melaju begitu saja. Ia pikir, Jingga menyuruhnya mengunci pintu dan setelahnya ia akan diberikan tebengan.

"Sialan emang si Jingga! Pelitnya nggak ketolongan! Coba kalo sama Bella, sampe pelosok dunia pun dijabanin."

"Adeeva lo dari mana aj--" Bella menghentikan ucapannya ketika melihat Jingga tengah berdiri di ambang pintu. Dengan cepat, ia mengusap air mata yang masih tersisa dan berusaha untuk mengabaikan kehadiran Jingga, ia kembali fokus pada tayangan di hadapannya, seolah Jingga tidak pernah ada di sana.

"Senja."

Jingga melangkahkan kakinya, mendekati Bella yang masih bersikap tidak peduli.

"Senja, gue minta maaf."

Jingga duduk tepat di sebelah Bella kemudian menarik salah satu tangan Bella namun Bella menepisnya dengan cepat.

"Apa kita nggak bisa mengulang semuanya dari awal lagi Sen?"

"Senja."

"Nggak usah panggil gue Senja lagi! Nama gue Bella bukan Senja!"

"Jingga dan Senja itu nggak pernah ada! Dan selamanya nggak akan pernah ada!"

Jingga dan Senja 2 [PROSES REVISI TANDA BACA]Where stories live. Discover now