02

866 130 16
                                    

Hai aku up lagi nih
Kalo ada typo komen ya!

Happy reading ^_^

***

Aulia dan Aksa kini tengah menjalankan hukumanya. Sungguh  sebuah kesialan bagi Aulia bertemu dengan seorang Muhammad Aksa Dirgantara kembali. Mana harus sekelas lagi. Oh Tuhan kenapa hidup Aulia sesial ini?

Aksa. Cowok berpostur tinggi itu terus saja tersenyum tipis. Dulu ketika ditanya oleh guru SMP-nya. Gadis disampingnya ini berkata tidak ingin melanjutkan pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor ekonomi orang tuanya.

Berbeda dengan dirinya. Aksa adalah anak seorang pemilik salah satu perusahaan.

Aksa masih tidak menyangka kalau keduanya malah dipertemukan lagi di satu sekolah yang sama. Bahkan malah ditakdirkan masuk kelas yang sama pula. Entahlah Aksa merasa senang saja. Artinya Aksa akan bisa mengganggu Aulia dan Aksa akan lebih sering melihat ekspresi menggemaskan Aulia.

"Ini semua gara-gara lo," ucap Aulia menyalahkan Aksa.

Aksa menoleh. Sedikit menunduk karena postur tubuh Aulia yang hanya sebatas dadanya. "Gara-gara lo lah," balas Aksa menyalahkan.

"Lo lah. Kalo gue enggak ketemu lo. Enggak mungkin gue di hukum."

Aksa tidak terima. Cowok itu menatap Aulia sengit. "Gara-gara lo," balasnya ketus.

Aulia menghela nafas kasar. Badanya tiba-tiba terasa lemas. Ah Aulia lupa tidak sarapan tadi pagi. Aulia kembali mendongak hormat. Berdoa agar perutnya tak mengeluarkan suara. Dan semoga rasa pusingnya cepat hilang.

Aksa melirik Aulia sekilas. Bibir Aulia tampak pucat. Aksa hendak bertanya. Tapi gengsi mengalahkannya. Aksa memilih melanjutkan hukumannya.

Hening kembali menyelimuti keduanya.

Kruyuk kruyuk

Perut Aulia berbunyi membuat Aulia meringis. Tangan kirinya terulur mengelus perutnya. "Sabar ya cacing," ucapnya lemah.

Aksa meledakkan tawanya. "Astagfilullah cil, cil," tawanya sembari memukul pelan bahu Aulia.

Aulia mendengus. Menepis kasar tangan Aksa. Ah Aulia sangat malu. Kenapa bisa Ia tidak sarapan. Padahal ibunya sudah memasak ikan asin tadi pagi. Dengan sambal terasi kesukaanya. Mengingatnya malah membuat Aulia semakin lapar.

Aksa masih tertawa terbahak bahak. Namun tawanya berhenti saat tubuh Aulia mulai kehilangan keseimbangan. Gadis itu hampir saja  jatuh. Dengan sigap Aksa menahan tubuh mungil Aulia agar tidak terjatuh ke bawah. Tatapan keduanya bertemu. Biasanya jika di film-film akan ada adegan tatap tatapan. Tapi tidak dengan kedua manusia sengklek itu. Aulia spontan menampar pipi Aksa keras. Membuat Aksa terlonjak dan menjatuhkan tubuh Gadis itu.

"Awww bokong gue," pekik Aulia meringis.

Aksa mendengus. Tidak ada romantis-romantisnya.

"Kok dijatohin si anjir," umpat Aulia berdiri lalu menepuk roknya yang sedikit kotor.

"Lah lo malah nampar gue njir. Udah ditolong juga,  bukanya bilang makasih malah main nampar," protes Aksa tak terima di salahkan.

Aulia terkekeh. Bukan tanpa alasan Aulia menampar Aksa. Tadi ada seekor nyamuk yang hinggap di pipi mulus Aksa. Aulia pun berinisiatif menampar nyamuk itu agar Aksa tidak kehilangan banyak darah. Dan berakhir mati. Bukankah itu sebuah penyelamatan?

"Nyamuk."

"Nyimik. Halah bilang aja lo sengaja," kesal Aksa cemberut sembari mengelus pipi nya yang kini memerah. Tamparan Aulia barusan tidak main main.

Aulia nyengir kemudian kembali meringis karena perutnya kembali berbunyi. Aksa juga kembali tertawa. Aulia geram. Cewek itu kemudian menendang bokong Aksa keras. "Mampus," ucapnya penuh dendam.

"Adoh," teriak Aksa. "Lo punya dendam apasih sama gue anying? belum apa apa udah KDRT," lanjutnya.

Aulia melotot. Apa tadi? KDRT? Kekerasan Dalam Rumah Tangga?. Maksudnya apa coba? Aulia ngeblank. Cewek itu mencoba mencerna ucapan Aksa barusan. Rumah tangga? Apakah sebenarnya Aksa menyukainya? Demi sempak mimi peri Aulia bingung sendiri.

Aksa yang seakan tersadar akan ucapanya barusan langsung menepuk pelan mulutnya. Bagaimana bisa Aksa melontarkan kata kata itu. Ingat ya. Aksa tak menyukai bocil di sampingnya ini. Tadi mulutnya hanya keceplosan. Aksa berfikir keras agar gadis di sampingnya ini tidak kepedean.

"M-maksud gue. Kekerasan terhadap anu apalah itu. Bodo amat anjir," gugupnya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan area lapangan. Muka Aksa bahkan sudah merah padam. Malu anjir!

Sedangkan Aulia masih berfikir sembari menatap punggung Aksa yang mulai menghilang. Gadis itu malah tampak seperti orang linglung.

"Aneh."

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi pembaca gelap:/

Menerima setiap kritik dan saranya 🌻

Salam: author edan

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now