27

228 49 23
                                    

Hai aku up lagi nih!

Kalo ada typo bilang ya!

***

"Woi bang, ini sandinya apasih?"

"Apaan si ? brisik banget lo dari tadi."

"Gue nanya bangsul. Sandi hospot lo apaan?"

"Kan gue udah bilang. Gak di sandi!"

"Matalo katarak! ini jelas-jelas di sandi bego," kesal Aulia menunjukan ponselnya.

"Sandi nya, gak di sandi!"

"Gue gampar lo ya."

"Lo yang gue timpuk. Gak ada adab banget lo sama yang lebih tua. Udah minta hospot, gatau diri lagi," cibir Arga kesal.

Sejak dua jam yang lalu Aulia dan Arga terus bertengkar masalah hospot membuat Saras yang asik memasak di dapur akhirnya melarikan diri keluar rumah untuk mencari udara segar. Di Minggu pagi ini kedua anaknya itu sudah membuatnya stres.

"Bang, kasih tau ngapa. Sandi nya apaan?" rengek Aulia membuat Arga memutar bola matanya jengah. Sudah dikasih tau tapi adiknya itu tatap saja mengeyel.

Arga menghela nafas gusar. "Sandinya, gak di sandi. Nanya sekali lagi beneran gue timpuk lo pake sempak."

Aulia mendesah kecewa. Mengacak rambutnya frustasi. "Kalo gak di sandi. Gue ga akan nanya sandinya apa," ucapnya tabah.

Arga terbahak. Cowok itu merampas ponsel sang adik lalu mengetikkan sandi.

"Nih liat nih, gak di sandi," ujar Arga mengacak rambut Aulia pelan. Mengetik sebuah kalimat 'gak di sandi' lalu kemudian hospot tersambung.

Mata bulat yang sempat murung itu langsung berbinar seketika. "Makasih bang Arga ganteng," jedanya mencium pipi Arga sekilas. Tak lama Aulia menggeplak kepala Arga cukup keras membuat cowok itu mengaduh. "Lain kali kalo ngomong yang jelas, tai," semprot Aulia kesal.

"Lo bener-bener gak ada adab ya dek. Udah dikasi hati minta jantung," sebal Arga menatap tajam Aulia.

Aulia nyengir tak berdosa. "Gimana kalo gue minta ginjal aja bang? Lumayan kalo dijual."

"Ginjal lo sini gue bedah," ucap Arga serius. Menggelitik perut sang adik membuat Aulia terkikik geli.

"Hahaha jangan. Hahahaha jangan anjir." Aulia berujar diiringi tawa geli. Keduanya tertawa bersama.

Saras yang berdiri di ambang pintu tersenyum miris. Matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. Seandainya putra---ayah Aulia dan Arga masih disini. Pasti kebahagiaan anak-anaknya akan lebih lengkap.

Saras menggelengkan kepalanya pelan. Sudah lama sekali setelah Putra memilih menceraikanya. Saras tidak ingin mengingatnya lagi. Wanita dua anak itu segera menghampiri kedua malaikat nya.

"Dikit-dikit ribut. Dikit-dikit akur. Bingung ibu tuh sama kalian," cibir Saras duduk diantara keduanya.

Sontak kedatangan Saras membuat Aulia dan Arga terkekeh geli.

"Gapapa dong Bu, hidup tanpa ribut itu gak asik," celetuk Aulia mencium pipi sang ibu.

"Yoi dek." Arga mengangguk menyetujui. Cowok itu bergelayut manja di lengan sang Ibu.

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now