19

328 57 22
                                    

Hai aku up lagi nih!

Kalo ada typo bilang ya!

Happy reading ^_^

***

Aksa dengan kecepatan tinggi membawa motornya membelah jalanan malam. Di belakangnya Aulia tak henti-hentinya merapalkan doa. Cewek dengan poni itu memeluk erat pinggang sang pacar. Sesekali cewek itu menjerit tertahan. Aulia pasrah kalau seandainya dirinya harus berpulang sekarang. 

Aksa menghentikan laju motornya ketika sudah berada di depan pagar rumah milik kekasihnya. Menarik nafas lega karena berhasil sampai ke rumah Aulia kurang dari sepuluh menit. Aksa sangat takut pada ancaman Arga tadi.

"Lo gila," sembur Aulia setelah berhasil turun dari motor Aksa. Walau cahayanya remang. Aksa dapat melihat dengan jelas wajah Aulia pucat.

Jantung Aulia berdetak tidak karuan. Walaupun keduanya sampai ke rumah Aulia dengan selamat, tapi tetap saja tindakan Aksa tadi tidak bisa di benarkan.

Aksa tersenyum tipis. "Kamu, hmm." Aksa memang sudah meminta Aulia untuk mengganti gaya bicaranya. Tapi tampaknya Aulia lupa karena sudah terlalu kesal.

Aulia nyengir. "Iya maaf, forget."

Tangan Aksa terulur mengacak rambut Aulia pelan. "Pikun."

Aulia dibuat salah tingkah.

"Ekhem!!" Deheman cukup keras itu membuat atensi kedua manusia berbeda jenis itu teralih ke arah pintu rumah Aulia. Disana ada Arga yang tengah bersedekap dada sembari menatap ke arah mereka dengan tatapan tajam.

Aksa menelan ludahnya susah payah. Wajar kalau Aksa takut kali ini. Aksa berjanji kepada Arga kalau akan membawa Aulia pulang sebelum pukul setengah sepuluh. Tapi sekarang Aksa malah telat mengantarkan Aulia pulang.

Aulia mengayunkan kakinya santai menghampiri Arga diikuti Aksa dibelakangnya.

"Assalamualaikum abang," salam cewek itu sembari mencium punggung tangan sang abang. Biasanya Aulia jarang melakukan ini, walau kadang Saras selalu menegurnya agar tetap bersalaman pada Arga sebagai tanda hormat kepada yang lebih tua. Tetap saja Aulia malas. Bukan karena ia tak menghormati Arga, tapi abangnya itu sangat menyebalkan.

Dulu pernah ketika Aulia berniat pamit pada Arga, cowok itu malah dengan sengaja memakai cincin batu akik. Entah cincin milik siapa. Padahal sebelumnya Arga tak pernah terlihat memakai cincin. Saat Aulia mengangkat tangan Arga dan menciumnya. Arga malah dengan sengaja membenturkan batu akik yang berukuran lumayan besar itu di kening Aulia cukup keras. Abang laknat!

"Assalamualaikum bang." Aksa ikut menyalimi Arga. Padahal biasanya cowok itu tidak melakukan nya. Bagaimanapun juga, yang namanya pencitraan itu sangatlah penting. Apalagi di depan calon kakak ipar, yekan.

"Waalaikumusalam," jawab Arga datar.

"Kenapa baru pulang sekarang?!"

"Karena ga pulang tadi," jawab Aulia lempeng.

Arga berdecak kesal. "Ck, serius."

"Jangan serius-serius bang. Yang serius belum tentu beneran."

Arga memutar bola matanya jengah. Menyebalkan sekali tuyul ini.

Aksa mengangkat suara. "Maaf bang, gue telat Anter Aul nya."

Arga beralih menatap Aksa khawatir. Raut datar itu berubah cemas. "Gapapa kan tapi?"

Aksa mengangguk. "Gapapa kok. Ini Aul masih aman, ga-"

"Ck, bukan itu. Martabak gue gapapa kan?"

AULIA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang