45

40 6 0
                                    

Seorang gadis kini tengah mencoba semua dress yang telah ia pilih di ruang ganti, setelah lumayan lama mencoba, pilihannya jatuh pada dress berwarna merah hati yang sedikit terbuka dibagian dadanya. Menurutnya dress ini sangat sexy dan cocok untuknya, ia berfikir pasti pria itu akan terpesona denganya.

Dengan senyum mengembang serta kepercayaan diri yang mendadak tinggi, gadis itu keluar hendak meminta pendapat. "Sa, ini cocok ga sama aku?" Tanyanya sembari memutar badannya anggun. Sayangnya pria yang ditanya kini hanya diam tanpa menjawab. Ia tampak fokus dengan benda kotak yang berada di genggamannya. Tentu saja hal itu membuat sang gadis kesal.

"Aksa kamu bisa ngga sih fokus sama aku?!"

Iya, pria itu Aksa. Aksa memutar bola matanya jengah, sudah setengah jam dirinya dibuat bersabar dengan tingkah Ara yang memaksanya untuk menemaninya berbelanja. Mencoba ini, mencoba itu, membeli ini, membeli itu. Rasanya Aksa ingin menyerah saja. Menghela nafas pelan Aksa mencoba untuk bersabar "Maaf, kamu tadi ngomong apa?"

Ara menggembungkan pipinya kesal karena sedari tadi Aksa hanya fokus pada ponselnya. Padahal Ara meminta Aksa menemaninya agar pria itu bisa membantu memilih baju yang cocok untuknya, dan untuk mendapat pujian Aksa juga tentunya.

"Kamu kenapa sih liatin hp terus?" Tanya Ara sembari ikut duduk di samping Aksa. Ekspresinya berubah semakin kesal karena refleks Aksa yang menjauh saat Ara mencoba mendekatinya.

"Gapapa, ini ngga penting. Jadi gimana, kamu udah dapat barang yang kamu mau belum? Aku ngga punya banyak waktu buat nemenin kamu," jengah Aksa.

"Emangnya kamu mau kemana sih? Bukanya kakek hari ini nyuruh kamu nemenin aku kemana pun aku mau pergi ya?" Sebal Ara sembari menggembungkan kembali pipinya berharap Aksa akan luluh.

Aksa kembali menghela pelan, kepalanya mendadak pusing mengingat Aulia yang malah memblokir balik semua akun sosmednya. Setelah kejadian di sekolah kemarin dirinya benar-benar tidak bisa tenang.

Baginya ini adalah kesalahan terbesar. Aksa sudah janji untuk tidak menyakitinya tapi lagi lagi Aksa mengingkarinya. Sungguh Aksa sangat khawatir dengan keadaan gadisnya sekarang.

"Sa! Kamu denger aku ngga sih?!"

"Kenapa ngga kakek gue aja yang nemenin lo belanja anjir!!"

Aksa mengacak rambutnya frustasi. "Iya aku dengar," jawabnya lelah. "Itu cocok buat kamu, kamu mau beli apa lagi?"

Senyum Ara mengembang. Betulan'kan? Aksa terpesona padanya?

"Aku cantik'kan?".

Aksa mengangguk saja biar cepat. "Mau ke mana sekarang?"

"Temenin aku makan yuk? Aku laper banget. Tapi aku maunya nanti kamu suapin aku ya? Ya ya ya?" Tanyanya sok imut.

Aksa semakin jengah. Sungguh Aksa muak dengan semua ini. Namun ia harus tetap terus bersabar.

Setelah keduanya selesai ijab sah dengan penjual dress. Keduanya kini tengah duduk menunggu makanan yang mereka pesan. Ara sibuk bercerita dan menarik perhatian Aksa sedangkan Aksa memilih diam dan menanggapi secukupnya dengan rasa malas yang ia tahan tahan tentunya.

"Tumbenan banget lo ngajak gue makan di resto bang, abis gajian lo ya?"

Atensi Aksa teralih pada suara tak asing itu. Kepalanya sedikit menoleh ke belakang dan ternyata memang benar, Aulia bersama Arga tengah duduk di belakangnya. Ah Aksa rasa posisinya benar-benar mendebarkan. Bagaimana jika Arga memergokinya? Aksa yakin kalau ia akan babak belur. Lalu bagaimana jika Aulia juga melihatnya bersama Ara? Pasti gadisnya itu akan semakin terluka.

"Yee kaga ngapa ngapa, kali kali kita makan disini mumpung gue ada duit," jawab sang kakak dengan bangganya.

Aulia berdecih kecil. "Ntar duitnya abis nangis," ledeknya.

"Ngapain nangisin duit abis? Kalo abis mah gampang. Gue tinggal nyalain lilin terus lo keliling jadi babi hahaha," jawab Arga diiringi tawa jahat.

Aulia menendang kaki abangnya dari bawah meja kesal. "Sekate-kate lo bang mau jadiin gue babi!"

"Sa kamu kenapa sih nunduk terus?" Tanya Ara sebal.

"Duh anjir mampus gue,"

"Syuttt," peringat Aksa sembari menempelkan jari telunjuk ke bibirnya.

Ara menatap Aksa bingung. "Kenapa sih?!"

Aulia menoleh. Penasaran dengan suara brisik yang cukup mengganggu. Di depan nya ada sepasang sejoli. Aulia rasa mereka ini sepertinya sepasang kekasih yang sedang bertengkar.  Pria itu membelakanginya, sang gadis yang berbicara pun badannya tidak kelihatan karena tertutup badan sang pria. Ah Aulia rasa Aulia ini aneh. Mengapa juga penasaran?

"Jagan brisik bisa ga? Aku dengar kok kamu bilang apa." Jawab Aksa mengecilkan volumenya. Jangan sampai Aulia atau Arga mendengar suaranya.

"Kamu aneh tau. Ini makananya udah dateng, cepet siapin aku!"

Aksa menurut dan mulai menyuapi Ara dengan sabar, namun perasaanya sungguh was-was. Untung saja posisinya membelakangi Aulia dan Arga.

"Gimana hubungan lo sama Aksa?"

Aulia diam. Padahal Arga sangat menunggu jawaban Aulia. Walau duduk lumayan jauh namun Aksa tetap bisa mendengar pembicaraan keduanya walau samar dan ia pun ikut menanti jawaban Aulia.

"Dek?"

Aulia yang tengah melahap makanannya pun mendongak menatap wajah sang Abang. "Gue lagi makan juga, ntar aja sesi wawancaranya!"

Arga tersenyum gemas. Ah dasar adik kecilnya ini.

"Jadi gimana hubungan lo sama Aksa?" Ulang Arga setelah makanan di piring adiknya tandas tak bersisa.

"Gue sama dia baik-baik aja," jawab Aulia lempeng.

"Yang bener deck?" Tanya Arga meledek. Aulia menatap Arga kesal namun tetap mengangguk gemas.

Aksa masih di tempat. Ia tadi sempat dengan sengaja menjatuhkan sendok yang penuh makanan saat menyuapi Ara agar makanan itu tumpah mengenai bajunya, dan yaps misi berhasil. Kini Ara sedang sibuk di kamar mandi untuk membersihkannya.

"Gue sama Aksa tuh baik-baik aja, jadi nggak ada yang perlu Abang khawatirkan," lanjut Aulia sembari menyeruput minumannya.

Arga mengangkat satu alisnya. "Terus kenapa gue liat kalian jarang keluar berdua? bahkan si Aksaiton juga ngga pernah keliatan main ke rumah lagi tuh," lanjutnya penuh curiga.

Aulia terkekeh pelan. "Aksa tuh lagi sibuk tau. Dunia Aksa'kan bukan tentang aku aja bang, jadi kalau Aksa sibuk aku harus ngertiin dia dong. Masa dia lagi sibuk aku ajakin jalan terus," jelas Aulia panjang lebar.

Arga tersenyum lega. Syukurlah kalo memang kedua sejoli itu baik-baik saja. Beberapa hari melihat Aulia murung membuat Arga cukup khawatir.

Disisi lain Aksa mengepalkan tangannya. Ia kesal, sungguh. Ia kesal dengan dirinya sendiri. Bahkan ketika Aksa kembali menyakitinya. Aulia masih bisa bersikap seperti itu.

"Yuk balik, kasian ibu kalo nanti nyari kita terus ngga ada," ucap Aulia sembari berdiri. Arga mengangguk kemudian mengekor di belakang Aulia untuk kemudian keduanya pulang.

Saat tahu aulia akan melintas aksa semakin menunduk dalam mengenakan topinya sampai benar-benar menutup wajahnya.

"Ah shit, kenapa bisa gue terjebak di situasi kaya gini! Plis Aul lo punya gue, lo harus percaya kalo gue cuma cinta sama lo," gumamnya pelan.

***

TBC

Jangan lupa vote buat tambah semangat aku lanjut ceritanya, maaf kalo cerita ini semakin tidak jelas dan lama sekali update! Zuzur author saja sudah lelah dengan cerita gaje ini!

Terima kasih karena kalian selalu setia nunggu cerita ini!

Lopyuuuu><

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AULIA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang