44

72 10 2
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam namun gadis dengan rambut sebahu itu masih terjaga. Duduk dengan mata sembab di atas ranjangnya. Mengingat kejadian di sekolah membuat dadanya terasa sesak. Apalagi dengan ucapan Ucup yang masih terngiang di kepalanya.

Aulia menghela nafas berat. Suara decitan pintu terbuka mengalihkan atensinya. Aulia mendongak menatap Arga yang kini berjalan ke arahnya dan dengan tidak tau diri merebahkan tubuhnya, meletakkan kepalanya di pangkuan sang adik.

Aulia menunduk menatap Arga kemudian merengut kesal. "Apaan sih bang, berat tahu."

Arga menjulurkan lidahnya meledek. "Bodo amat, gue gak bisa tidur dek. Sinyalnya jelek di kamar gue," ujarnya tanpa mengalihkan fokus dari ponsel.

Ponselnya sudah miring seperti orangnya, dapat dipastikan Arga sedang memainkan game yang dikenal ramah tamah 'katanya'.

"Anjing gue di keroyok," kesal Arga.

Aulia menepuk pelan kening sang Abang. "Brisik ih, sana balik ke kamar! Gue mau tidur."

Arga tak menjawab, bahkan rasa sakit di jidatnya pun tak dihiraukannya. Ia harus memenangkan pertandingan kali ini. Sudah tiga kali main Arga selalu kalah. Mendapatkan tim yang tidak bisa diajak kerja sama membuat laki-laki tampan itu frustasi.

"Lo jangan keseringan nangis dek, kalo ada apa-apa itu cerita," ucap Arga.

Aulia memalingkan wajahnya. Ternyata walau terlihat fokus pada ponsel Arga tetap memperhatikanya.

"Gue gak nangis, tadi kelilipan kulkas," jawab Aulia sembari cengengesan.

Arga menatap Aulia jengah. Memang dasar adiknya ini. Memberi alasan bukan membuatnya terlihat pintar malah terlihat bodoh.

"Hahahaha," tawa Aulia mengudara melihat wajah kesal kakaknya.

"Lo itu adik gue satu-satunya, gue gak suka liat lo sedih," ujar Arga kembali fokus pada ponselnya.

Aulia menunduk menatap wajah serius kakaknya. Gadis itu tersenyum haru.

"Kalo lo sedih apalagi sampe nangis, gue tuh berasa BINTANG GUE HILANG!!!!"

Aulia benar-benar terharu sekarang, "Bang makasih ya, walaupun kadang lo nyebelin. Ternyata lo adalah sosok Abang yang baik. Bahkan kalo gue nangis, lo ngerasa kehilangan bintang dalam hidup lo."

Arga menatap Aulia heran, "hah gimana? Kapan gue bilang gitu?"

"Ini bintang gue hilang lagi WOE, padahal gue udah main ke empat kalinya. kalah lagi masa," frustasi Arga memamerkan ponselnya pada Aulia. Ia sudah panen coklat malam ini.

Aulia menatap Arga masam, tiwas pede.
"Sialan lo."

Arga mengubah posisinya menjadi duduk di samping Aulia. Mau tumbuh dewasa sampai usianya sudah tua pun, bagi Arga Aulia adalah adik kecilnya yang manja. Yang patut dijaga sepenuh hati.

"Akhir-akhir ini gue liat lo selalu murung, bahkan sekarang mata lo udah kaya di sengat tawon sampe bangkak gitu," ucap Arga meneliti setiap inci wajah adiknya.

"Kenapa?"tanyanya kemudian.

Aulia menggeleng kemudian nyengir. "Gue gak papa bang. Gue tadi abis nonton Drakor yang sedih-sedih makanya gue nangis. Lo tau sendiri 'kan, perasaan gue tuh lemah lembut banget jadi gampang baper," jelas Aulia panjang lebar. Walau gadis itu tau Arga tak akan percaya tapi Aulia akan terus mencari alasan. Ia tak mau kalau sampai Arga tau tentang hubunganya dan Aksa. Takut kejadian dulu akan terulang lagi.

"Lo bohong, sejak kapan lo suka Drakor?"

Aulia diam, tentu Arga tau Aulia. Adiknya itu tak suka sesuatu yang berbau drama, ia lebih suka menonton anime atau kartun seperti Masha and the bear.

"Lo mau ngasih tau gue atau gue yang cari tau sendiri?" Tanya Arga tegas.

Aulia menunduk lagi, tanpa sadar air mata sialan itu kembali luruh. Aksa, cowok yang Aulia kira dapat di beri kepercayaan atas cintanya ternyata malah mengecewakanya.

Arga diam, membiarkan Aulia menangis tanpa bertanya. "Bang, gue jelek ya?"tanya Aulia membuat Arga memicingkan matanya heran.

"Siapa yang bilang lo jelek?"

Aulia menghapus air matanya kesal. "Lo sering ngejek gue jelek."

Arga terkekeh pelan. Tanganya telulur menghapus sisa air mata adiknya.

"Lo bisa bedain mana bercanda mana serius 'kan dek? Lo cantik, lo adek gue yang paling cantik. Dan jangan bilang kalo aksa nyakitin lo," ucap Arga seakan tau masalah yang terjadi.

Aulia menggeleng. "Ngantuk," rengeknya.

Arga menghela. Baiklah jika Aulia tak mau bercerita. Arga akan mencari tau sendiri.

"Tidur, besok sekolah. Jangan nangisin sesuatu yang gak penting. Air mata lo terlalu berharga," ucap Arga mengelus rambut adiknya. Cowok itu kemudian beranjak keluar membiarkan adiknya beristirahat.

Sepeninggal Arga, Aulia menarik selimut kamudian menatap langit-langit kamarnya.

"Janji sama aku ya? Apapun yang terjadi nanti. Kamu harus percaya kalo aku sayang sama kamu." Ucapan Aksa terlintas di pikiran aulia

"Aksa, kalo lo sayang gue kenapa lo kaya gini," gumam Aulia.

TBC

ikan hiu baca buku
Ailapyu para pembaca ku [emote love]

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now