03

823 119 45
                                    

Hai aku up lagi nih

Kalo ada typo bilang ya!

Happy reading ^_^

***

Matahari mulai menampakkan sinarnya. Cahayanya menerobos masuk melalui celah jendela milik gadis bermata bulat itu. Aulia masih nyaman dengan posisinya memeluk kekasih halalnya. Guling. Yah setidaknya sampai dia memiliki kekasih halal yang sesungguhnya.

Aulia menguap. Menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya,  kala samar samar mendengar suara cempreng sang ibu yang terus saja mengetuk pintu.

"Aul bangun. Udah siang. Mentang mentang hari Minggu malah sengaja bangun siang. Anak perawan kok jam segini belum bangun. Gimana kalo udah nikah coba? Kalau kamu kebo kaya gini. Ibu jamin gak akan ada emak mertua yang mau nerima kamu jadi mantunya," cerocos Saras---Ibu Aulia. Usianya masih cukup muda. Baru menginjak kepala tiga. Wajahnya juga masih terlihat cantik. Hanya saja cerewet.

"Aull!!" teriak Saras untuk kesekian kalinya. Bahkan tangan wanita itu terasa sedikit perih setelah mengetuk pintu kamar Aulia keras keras. Namun nihil. Aulia malah sekarang tengah asik ngorok. Bahkan suara dengkuranya terdengar sampai diluar kamar.

Sudah cukup. Saras menyerah. Wanita paruh baya itu kemudian menghampiri sang anak lelakinya yang tengah asik menonton Tv. Memang anaknya ini tidak ada yang benar.

Harusnya hari ini tugas Aulia membersihkan rumah. Dan Arga---kakak Aulia untuk berbelanja. Tapi lihatlah. Kedua anaknya itu malah sibuk dengan kegiatanya masing masing. Saras memijat pangkal hidungnya. Pusing.

"Bang kamu itu loh, ibu suruh belanja kok malah asik nonton Upin Ipin. Gak elite banget udah gede nonton nya Upin Ipin. Orang Ara anak tetangga yang masih TK aja nonton nya FTV cinta-cinta," wanita itu terus saja berbicara. Padahal Arga sama sekali tak menggubris nya. Cowok itu sesekali tertawa mendengar pantun absurd milik jarjit.

"Arga Andara Putra," panggil Saras lengkap.

Arga merinding. Jika Ibunya sudah memanggil namanya dengan lengkap. Itu pertanda bahwa ibunya sudah marah. Cowok itu kemudian menoleh. Nyengir ke arah sang Ibu yang tengah menyorot nya tajam. "Hehe. Apa cantik?" tanya Arga sembari mengedipkan matanya.

Saras bergedik. Anaknya itu selalu saja menggodanya. Ganteng doang beraninya godain emaknya doang. Arga memang begitu. Cuek terhadap sekitar. Hanya mau berteman dengan orang orang tertentu saja.

Walaupun Arga tampan. Arga sama sekali tidak ada niatan  mencari seorang kekasih. Dekat dengan perempuan saja dapat dihitung berapa jumlahnya. Yah hanya  dengan Saras, Aulia dan Adrea. Teman masa kecilnya.

"Kamu itu loh, disuruh belanja malah nonton Tv. Ibu itu capek bang. Punya dua anak, udah gede gede. Tapi cuma disuruh gitu doang susah nya minta ampun."

Arga terkekeh. Ibunya ini sangat cerewet. Walaupun cerewet Arga dan Aulia sangat menyayangi Ibunya. Ibunya lah yang merawat nya dari kecil. "Maaf Bu, kalo seandainya tadi Arga belanja. Arga bisa ketinggalan Upin Ipin Bu," ucap cowok itu dramatis. Bahkan Arga sampai mengelus dadanya sendiri.

Saras hanya menggelengkan kepalanya heran. "Udah sana bangunin adekmu itu. Ajak dia belanja ke pasar!" perintahnya.

"Terus yang beres-beres rumah siapa?"

"Nanti ibu yang beresin. Lagian Ibu berangkat kerjanya masih nanti jam 9," ucap Saras lalu berlalu mengambil sapu. Iya. Saras masih bekerja. Walau hanya sebagai pegawai di salah satu tempat makan. Menjadi seorang juru masak. Masakan wanita paruh baya itu tidak bisa dipungkiri sangat enak.

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now