06

579 85 3
                                    

Hai aku up lagi nih!

Kalo ada typo bilang ya!

Happy reading ^_^

***

Siang ini matahari tampak enggan memancarkan sinarnya. Awan mendung menghiasi langit. Hawanya dingin. Ditambah hembusan angin yang cukup kencang membuat Aulia kedinginan. Cewek itu tengah berjalan kaki menyusuri jalanan untuk pulang.

Biasanya Aulia dijemput Abang tersayangnya. Tapi kali ini Abangnya itu tengah sibuk mengurus Adrea yang sedang demam. Tak apa, Aulia mengerti. Abangnya itu tengah pdkt. Lagipula Aulia juga tak masalah jalan kaki.

Dulu waktu SMP. Saat Abangnya belum sanggup membeli sebuah motor. Aulia dan Arga memang selalu berjalan kaki ketika bersekolah. Ngomong-ngomong soal Arga. Cowok itu duduk di bangku SMA kelas XII. Sekolahnya berbeda dengan Aulia. Sebenarnya Arga ingin bersekolah bersama Aulia agar cowok itu mudah melindungi adiknya. Tapi Aulia melarangnya.

Aulia tidak ingin merepotkan Abangnya. Gadis itu sudah besar. Tidak mau menyangkut pautkan Abangnya kedalam masalahnya.

Aulia mengerucutkan bibirnya ketika setetes air mengenai kepalanya. Gerimis. Aulia berjalan dengan langkah besarnya. Ia sempat berlari agar terhindar dari hujan. Mana rumahnya masih lumayan jauh. Nampaknya nasib baik tidak berpihak kepada Aulia. Hujan turun tanpa aba-aba. Aulia kelimpungan mencari tempat berteduh.

Cewek itu kemudian berteduh di sebuah halte dekat tempat tersebut. "Astagfirullah dingin banget. Ya Allah jangan sampe ada gluduk," keluh Aulia sembari menengadahkan tangannya. Cewek itu kemudian menggesek-gesekan tangannya mencoba menghangatkan tubuhnya.

Aulia duduk. Memeluk tubuhnya sendiri. Cewek itu celingak-celinguk.

Sepi. Jalanan sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Dahi Aulia mengernyit Bingung ketika sebuah motor berhenti tepat di depannya.

Pengendara itu turun dari motornya lalu berlari kecil untuk ikut berteduh. Melepas helm full face nya. Aulia memalingkan wajahnya ketika mengetahui siapa orang itu.

"Sorry," lirih cowok tadi.

Aulia diam. Tak berniat menoleh sedikitpun.

"Maaf Aul, gue minta maaf," pinta cowok itu. Nadanya terdengar menyesal. Aulia menoleh menyorot Aksa yang kini menunduk memainkan ujung sepatunya.

Kenapa cowok satu ini? Sikapnya aneh akhir-akhir ini. Beda sekali ketika dirinya berada di SMP dulu. Cowok itu bahkan tak pernah minta maaf ketika mem-bullynya. Sampai lulus SMP pun Aksa tak pernah meminta maaf. Tapi sekarang? Cowok itu bahkan tanpa sadar menangis di depan musuh nya? Aneh.

"Hmm," gumam Aulia memberi tanggapan.

Aksa mendongak mencari Aulia. Namun wajah gadis itu tak terlihat. Aksa menepuk jidat. Ah ia lupa Aulia kan pendek. Apalagi sekarang dia duduk. Pasti cem tuyul. Aksa kembali menunduk. Cowok itu kemudian memposisikan diri duduk disamping Aulia. Dengan berani menggenggam tangan Aulia menyalurkan kehangatan.

"Maaf sekali lagi. Gue ga bermaksud gitu tadi."

Aulia hanya mengangguk. Cewek itu tampak berfikir sekarang. Aksa tambah aneh. Berani sekali menyentuh tanganya. Tapi Aulia tak menolak, lagi pula sekarang dirinya tengah kedinginan. Bahkan tanpa Aulia sadari bibirnya kini pucat. Kepalanya juga pening. Malas sekali jika harus berdebat. Aulia iyakan saja.

Aksa melirik Aulia yang terus memperhatikan jaketnya. Pasti cewek itu tengah berharap Aksa akan memakaikan jaketnya pada Aulia. Tidak bisa. Jaketnya basah. Kalau ia pakaikan pada Aulia bukanya hangat, tapi jaket itu akan membuat Aulia semakin kedinginan.

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now