05

605 99 15
                                    


Hai aku up lagi nih!

Kalo ada typo bilang ya!

Happy reading ^_^

***

Aulia berjalan santai melewati koridor sekolahnya. Cewek itu menyapa setiap orang yang ditemuinya. Banyak yang membalas sapaan nya dengan senyum. Namun banyak juga yang malah tidak perduli sama sekali. Aulia tak masalah. Yang penting ia sudah mencoba untuk mencari teman.

Cewek bermata bulat itu tersentak kala sebuah tangan kekar merangkulnya. "Tumben pagi," sindir Ucup.

Indra mengangguk membenarkan ucapan Ucup. Cowok itu sedang memakan permen karet sehingga enggan mengeluarkan suara.

"Berangkat pagi salah, kesiangan salah. Terus gue harus gimana nyet?" kesal Aulia.

Indra yang sedari tadi membuat sebuah karya dengan permen karet di mulutnya pun angkat bicara. "Jungkir balik," ucapnya santai.

Aulia menggeplak kepala Indra keras membuat cowok itu meringis. Ucup tertawa kencang membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Astagfilullah Aul. Tangan Lo enteng banget. Main geplak aja," keluh Indra.

Aulia abaikan. Atensinya teralih melihat Aksa yang sedang duduk di depan kelas bersama teman-teman cowok di kelasnya yang lain. Cowok itu sesekali tertawa. Kemudian tawanya berhenti ketika melihat kearahnya. Bahkan wajahnya tampak datar.

Aulia mencoba tak perduli. Cewek itu mengayunkan kakinya memasuki kelas diikuti Indra dan Ucup di belakangnya. Namun langkahnya terhenti ketika sebuah cibiran pedas menghantamnya.

"Wah si cupu sekarang punya bodyguard ya," celetuk Rendra--teman Aksa yang merangkak menjadi ketua kelas sambil tertawa mengejek.

"Iya njir, ahaha," tawa Aksa mengudara.

Ucup yang tadinya merangkul Aulia kini mengepalkan tangannya. Tak jauh beda dari Ucup. Indra juga mengepalkan tangannya yang berada di dalam saku celana abu-abu nya. Mereka tidak terima mendengar temanya dihina.

Ucup maju. Mengangkat dagunya dengan gaya sok. "Maksud lo apaan anjing?" Ucup tersulut emosi.

"Apa? gue cuma ngomong fakta. Lagian si Aul emang cupu kali pas SMP. Pas SMA aja sok-sok an. Mentang mentang punya temen cowok jadi belagu," terang Aksa kelewat tenang.

Oke. Sudah cukup Ucup tak tahan. Tanpa aba-aba Ucup menonjok pipi Aksa.

Bugh

Aksa yang tidak siap dengan serangan tiba-tiba terhuyung ke belakang. "Kok mukul?" tanya Aksa dengan nada meninggi.

Indra ikut mengangkat tanganya hendak menonjok Aksa. Tapi Aulia menurunkan tangan Indra lembut. Meminta cowok itu untuk tenang. Gadis itu menarik Ucup ke belakang. Kemudian menyuruh kedua cowok itu berdiri di belakangnya.

Sudah banyak siswa memperhatikan mereka. Baik yang berada di luar. Maupun yang ada di dalam kelas. Aulia menghela nafas panjang. Tidak mau menambah masalah. Aulia tersenyun manis pada Aksa. "Iya gue cupu, terus lo mau apa?"

Aksa gelagapan. Senyum Aulia sulit diartikan. Mata gadis itu menyiratkan kekecewaan. Ah Aksa jadi merasa bersalah. Cowok itu memilih melangkahkan kakinya menuju bangkunya tanpa melirik Aulia sedikitpun.

Biasanya Aksa akan senang melihat gadis itu menangis. Bukan kah Aksa pernah bilang itu suatu hiburan tersendiri untuknya? Tapi kenapa hatinya ikut sakit ketika melihat tatapan itu. Tatapan seperti, lelah?

Memang siapa yang tidak lelah diperlakukan seperti ini? Sudah cukup saat SMP dia dipermalukan, diejek, dihina, tidak dihargai. apa sekarang Aksa masih ingin memperlakukanya seperti dulu. Sumpah Aulia lelah!

Aulia menghela nafas lelah. Mencoba menetralkan rasa sakit di hatinya. Tidak apa. Untuk kali ini Aulia tidak mau melawan. Ucup menepuk pelan bahu Aulia memberi kekuatan disusul Indra.

Ketiganya beranjak lalu duduk ke tempatnya masing masing. Sebelum benar benar masuk ke dalam kelas. Ucup sempat  memberi tatapan tajam  pada sekumpulan cowok yang tadi ikut bersama Aksa. Walau hanya menyimak tapi Ucup yakin kalau mereka sempat membicarakan Aulia.

Ucup duduk di samping Aulia dan Indra duduk bersama Dimas.

Aulia memilih memejamkan matanya. Dadanya terasa sesak. Sakit? Jangan ditanya. Aulia berfikir,  salahkah bila Aulia memiliki teman?

Lagian manusia itu membingungkan. Dulu saja tidak punya teman Aulia dibilang Cupulah, noleplah. Sekarang ia memiliki teman dibilang belagu. Maunya apasih?

Aulia menangis dalam diam. Ucup melirik teman Gadisnya itu prihatin. Aulia itu cantik. Ucup tidak bohong. Walaupun warna kulitnya agak gelap tapi Aulia mempunyai aura kecantikan tersendiri. Indra menepuk bahu Ucup. Kemudian memberikan sebungkus choklat. "Nih kasih aja, siapa tau nanti ceria lagi," bisik Indra.

Ucup mengangguk. Bukan memberikan choklat pada Aulia Ucup malah membuka bungkusnya lalu memakannya lahap. Indra memukul bahu Ucup keras. "Gue suruh kasih Aulia bego. Kenapa lo makan?" Kesal Indra.

Ucup nyengir. Cowok berambut hitam dengan jambul itu melebarkan senyumnya ketika Aulia mendongak dan ikut tersenyum tipis. Senyumnya menenangkan. Indra dan Ucup bertukar pandang sejenak lalu tersenyum senang. Setidaknya keduanya tau kalau temannya itu baik-baik saja.

Tatapan Ucup berubah tajam saat bertubrukan dengan mata hitam milik Aksa. Cowok itu belum puas memukul Aksa. Seenaknya saja menyakiti Aulia. Tidak bisa dibiarkan.

Sedangkan Aksa. Cowok itu membalas tatapan tajam Ucup dengan tatapan datarnya. Pikiranya masih tak karuan. Apalagi tadi Aksa melihat tangan Aulia bergerak seperti mengusap air mata. Aksa tengah berpikir keras. Bagaimana caranya agar Aksa bisa minta maaf.

Entahlah perasaannya tidak tenang. Ada yang aneh.

"Akh sialan," umpat Aksa.

Sebenernya Aksa tidak ada niatan mengejek Aulia. Apalagi menceritakan kisah Aulia waktu masih duduk di bangku SMP kepada teman-temannya. Terlebih lagi setelah kemarin dirinya bertemu Arga. Aksa bahkan sudah berjanji tidak akan menganggu Aulia. Tapi apa? Aksa mengingkarinya.

Aksa kesal melihat tangan kokoh milik Ucup merangkul bahu Aulia. Hatinya tak suka. Maka dari itu Aksa berniat balas dendam. Aksa tersiksa dengan perasaan yang Aksa sendiri tidak mengerti apa artinya.

Aksa melirik Rendra yang duduk di sebelahnya yang tengah sibuk memainkan ponsel. Kemudian tatapannya beralih pada meja di depan. Dimana tempat Aulia duduk. Gadis itu sedang bercanda dan tertawa bersama kedua teman nya itu. Dimas hanya menyimak tapi sesekali ikutan nimbrung dan tertawa. Ada sedikit rasa iri di dalam hati Aksa. Bagaimana bisa Ucup dan Indra bisa sedekat itu dengan gadis mungil itu. Padahal mereka baru saling kenal beberapa Minggu.

"Kenapa rasanya kaya gini?"



TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi pembaca gelap. :/

Menerima setiap kritik dan saranya🌻

Salam: author edan




AULIA [On Going]Where stories live. Discover now