Chapter 2

1.4K 174 18
                                    

Tap

Tap

Dua pasang kaki itu menyusuri lorong kecil di balik hiruk pikuk jalanan Konoha. Seorang gadis bersurai merah muda memimpin jalan. Ia melangkah lemah, sedikit kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Diam-diam Gaara mengulas senyum, menganggap jika Sakura yang tengah memegang kepala itu tampak lucu di matanya.

Untung saja Sakura tidak aneh saat mabuk. Itu merupakan poin plus sehingga Gaara berpikir ternyata tidak buruk juga untuk menyanggupi permintaan Naruto.

Sesekali gadis bersurai merah muda itu bersandar pada dinding ketika pusing mendera. Hal itu membuat hati Gaara tergerak untuk membantunya. Mungkin dengan membaringkan Sakura di atas pasir kemudian membawanya terbang menuju apartemennya dianggap ide yang bagus.

Namun ia justru tak merealisasikan rencananya. Gaara justru berjalan cepat, berhenti di depan gadis itu lalu membungkukkan tubuhnya sedikit. Sakura bingung dengan tindakan pemuda tersebut. Namun ketika suara pria itu mengudara, Sakura langsung tersenyum lebar.

"Naiklah."

Tanpa basa-basi, Sakura langsung memposisikan tubuhnya di punggung lebar pemuda itu. Setelah memastikan kenyamanan Sakura, Gaara pun mulai melangkah pelan, membawa gadis cantik ini menuju apartemennya.

Apakah tadi Gaara mengatakan bahwa Sakura tidak aneh saat mabuk? Jika iya, maka pemuda itu akan menarik kata-katanya sekarang.

"Arra, Kazekage-sama. Kapan kau sampai di Konoha?"

"Rambutmu menggemaskan sekali. Aku suka warna merah!"

"Kenapa Sasuke-kun begitu lama? Dia pikir menunggu itu mudah, hah?!"

"Aku juga lelah menunggu tanpa kepastian seperti ini."

"Aargh Naruto! Aku akan membunuhmu jika kau menyukai Sasuke-kun juga!"

"Tapi dia benar, aku pun juga merindukan Sasuke-kun."

Sial, mendengar nama pria lain yang terujar dari bibir gadis yang disukai membuat hati cukup memanas. Sebenarnya dirinya sudah cukup pusing saat ini. Namun mendengar bagaimana Sakura terus-menerus memuja si bungsu Uchiha itu membuat matanya terang seketika. Tidak, jangan kalian berasumsi bahwa Gaara menyukai Sasuke- dia masih lurus ngomong-ngomong. Gaara tidaklah seaneh Naruto.

Entah bagaimana ceritanya, ia merasa tidak suka ketika Sakura menyebut nama itu. Uchiha Sasuke. Percaya ataupun tidak, kisah romansa yang sebenarnya tak romantis di antara mereka sudah menyebar ke segala penjuru desa. Tak hanya Konoha, bahkan desa tetangga seperti Sunagakure juga tau bagaimana kisah dua sejoli yang tengah terpisahkan oleh jarak ini. Hal itu juga salah satu alasan mengapa Gaara tak bisa- lebih tepatnya tak berani untuk terang-terangan mendekati Sakura.

Tidak, Gaara tidak takut dengan Sasuke. Hanya saja, ia merasa jika usahanya akan berakhir sia-sia lantaran gadis musim semi itu masih setia mempertahankan satu nama dalam hatinya.

Tapi tetap saja, mendengar gadis yang ia sukai itu terus menyebut nama si Uchiha terakhir itu membuat hatinya terbakar.

Jadi, begini ya rasanya cemburu? Batin pemuda itu.

"Ano, Kazekage-sama."

"Hm?"

Gaara menyahut seadanya saja lantaran masih cukup kesal. Dari balik punggungnya, ia mendengar Sakura terkekeh ringan lalu berkata, "Ternyata jika dilihat dari dekat, kau tampan juga, hihi."

Penuturan gadis itu membuat Gaara tersenyum diam-diam. Gila, tawa gadis itu memberikan efek yang luar biasa baginya. Kekesalannya meluap entah kemana, tergantikan dengan perasaan senang dengan hati berbunga-bunga.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now