Chapter 7

1.1K 156 13
                                    

"Tapi, kumohon berikan aku kesempatan untuk berusaha. Sampai saat itu tiba, jangan pernah menjauh dariku, ya?"

Sakura paham betul apa maksud dari perkataan pemuda berambut merah ini. Ya, ia sangat paham. Namun menarik asumsi secara spontan pun bukanlah keputusan yang bijak. Gadis itu memilih untuk pura-pura tak mengerti, meski di dalam sana, jantungnya sudah tak bisa diajak bekerja sama.

"M-maksudmu?"

Gaara maju satu langkah. Ia meletakkan kedua tangannya di pundak Sakura. Matanya masih tegas, terlihat penuh keyakinan sampai Sakura dibuat terintimidasi, tak tahan dengan tajamnya mata itu.

"Ijinkan aku untuk memberikan tinta padamu, Sakura. Setelah itu, kau boleh memutuskan untuk menggunakan tinta itu untuk mengukir namaku atau tidak."

Baiklah, Sakura sudah tak tahan sekarang. Ia pun menunduk, kembali menyembunyikan rona merah yang menginvansi wajahnya. Degub jantungnya semakin tak normal, membuat gadis itu tak dapat menahan diri untuk tak menyentuh dadanya.

"Kazekage-sama, kau-"

"Jangan panggil aku seperti itu, Sakura. Disini, aku berbicara padamu layaknya seorang pria tanpa ada jabatan apapun. Mengerti?"

Tak ada pilihan jawaban yang paling tepat selain mengangguk, dan pilihan itulah yang direalisasikan oleh Sakura. Tanpa diduga, jemari panjang pemuda itu meraih dagunya, mengangkat wajah ayu itu dengan lembut lalu tersenyum menatapnya.

"Bagaimana Sakura? Apakah kau mengijinkanku untuk melakukannya?"

Sakura meneguk mudahnya kasar. Ini dia bagian tersulitnya.

"Ano, Kaze- ah tidak, maksudku Gaara-san, aku, a-aku.."

Shannaro! Kenapa aku jadi gagap begini?!

Sakura menghela napas. Baiklah, mari kita selesaikan semua ini. Pertama, Sakura menarik napas panjang lalu menghembuskan nya perlahan, berusaha untuk menetralisir rasa gugup yang melanda dirinya sejak tadi. Setelahnya gadis itu memejamkan mata, lalu membuka matanya kembali dengan melayangkan tatapan serius.

"Maafkan aku, Gaara-san."

Gaara membulatkan mata sejenak setelah mendengarnya. Namun dibandingkan protes, Gaara memilih untuk diam sampai Sakura menjelaskan semuanya.

"Aku tidak mungkin melakukannya, Gaara-san. Kau tau, tidak ada jaminan apapun bagimu untuk berhasil. Kau sudah tau jika aku menyukai orang lain. Aku takut jika aku memberimu kesempatan untuk memcoba dan ternyata hasilnya tak sesuai dengan keinginanmu, kau akan kecewa."

"Aku tidak ingin menyakitimu, Gaara-san," sambung gadis itu setelah terdiam beberapa saat.

Sakura mengira, jika Gaara akan marah dalam diamnya. Ia sudah biasa berinteraksi dengan orang yang dingin dan cuek seperti Gaara ini, sehingga ia bisa menebak apa yang akan terjadi. Biarlah Gaara menganggapnya sok jual mahal atau apapun itu. Intinya itu adalah jawaban terbaik yang bisa Sakura berikan untuknya.

Namun di luar dugaan, pemuda itu justru tersenyum, bahkan senyumannya lebih lebar daripada sebelumnya.

"Kau tau Sakura, setelah kau berkata begitu, aku jadi semakin menyukaimu."

Untuk kesekian kalinya, wajah Sakura kembali memerah. Sial, mengapa Gaara selalu sukses membuat dirinya salah tingkah begini?

"Pendirianmu kuat, dan aku suka itu. Tetapi sama sepertimu, aku juga akan tetap pada pendirianku," ujar Gaara yang masih mempertahankan senyumnya. Tatapannya melembut, bahkan kini tangannya mulai mengusap helai halus surai merah muda di depannya.

"Ijinkan aku untuk mendapatkan kesempatan itu, Sakura. Aku hanya meminta sekali saja. Jika ternyata aku gagal, aku akan merelakanmu. Setidaknya, aku tidak akan menyesal karena telah berusaha untuk mendapatkan hatimu."

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now