Chapter 16

1K 117 17
                                    

Mentari di siang hari menyinari setiap sudut belahan bumi Konoha dengan gagah berani. Udara hangat khas musim semi menerpa kulit dengan lembut, membelai setiap inchi permukaannya guna menghantarkan rasa nyaman. Jalanan Konoha tetap saja ramai di siang hari, dipenuhi oleh para shinobi ataupun pegawai yang berlalu lalang untuk sekedar mencari makan siang. Di tengah hiruk pikuk jalanan desa, tampak pula eksistensi seorang pemuda berambut merah yang dikenal sebagai sosok pemimpin desa tetangga. Langkahnya kakinya ringan. Gurat wajahnya memang datar. Namun jika kita perhatikan baik-baik, ada secuil kehangatan di sana. Setelah berkeliling menyusuri desa bersama kedua jonin utusan Kakashi -Rock Lee dan Tenten, Gaara benar-benar datang ke rumah sakit untuk mengunjungi Sakura. Pemuda itu serius dengan ajakannya untuk mencari kado pernikahan. Ia pikir, Sakura akan paham bagaimana selera Naruto. Setidaknya gadis itu merupakan satu-satunya opsi terbaik yang ia punya setelah dibawa berkeliling seharian oleh Rock Lee dan Tenten guna mencari kado pernikahan.

"Minggir! Tolong beri jalan!"

"Kumohon lebih cepat!"

"Baik, senpai."

Gaara terkejut kala mendengar suara berisik itu. Baru saja ia menapakkan kakinya di lantai rumah sakit, sepasang iris berwarna hijau pudar itu mendapati seorang gadis berambut merah muda tengah melakukan pertolongan pertama di atas brankar, lebih tepatnya di atas tubuh pasien. Jubah putihnya berlumur darah. Ia terlihat buru-buru bersama tiga orang ninja medis lainnya. Wajahnya tampak serius, seolah hal buruk sedang terjadi saat ini.

Ruang operasi.

Diam-diam Gaara mengulas senyum tipis, membatin betapa kerennya Sakura seperti itu. Ini bukan pertama kali ia melihat bagaimana pekerjaan seorang ninja medis namun entah mengapa, ia suka ketika melihat Sakura melakukan hal itu.

Menyelamatkan nyawa seseorang. Sungguh pekerjaan yang mulia, bukan?

Tak lama kemudian ia melihat seorang gadis berambut pirang menghampirinya. Gadis itu tersenyum lebar lalu membungkuk ketika matanya bertemu dengan milik Gaara.

"Selamat siang, Kazekage-sama," sapanya dengan ramah.

"Aa, siang."

"Mencari Sakura, ya?"

Gaara mengerjapkan mata, tak menyangka jika gadis di depannya ini mengetahui tujuannya datang kemari. Gadis itu terkekeh kecil. Ia menunjuk sebuah ruangan di depan sana, membuat Gaara mengernyit heran.

"Sakura sedang melakukan operasi darurat. Mungkin dia akan selesai beberapa jam lagi. Apakah ada yang bisa kusampaikan padanya?"

Gaara menggeleng. Ia menatap gadis itu dengan serius lalu menjawab, "Aku akan menunggunya."

Gadis bermata aquamarine itu tersenyum tipis. Ia mengulurkan tangan, memberi kode kepada Gaara untuk mengikutinya.

"Mari, Kazekage-sama. Aku akan mengantarmu ke ruangan Sakura. Lebih baik anda menunggu di sana."

***

"Kalian sudah bekerja keras."

"Ini semua berkatmu, senpai."

Sakura tersenyum tipis. Ia segera mengelap peluh di dahinya dengan asal. Dua jam melajukan operasi ternyata cukup menguras tenaga. Ia menatap jam dinding yang tertata apik di ruangan ini lalu membatin. Pantas saja perutnya sudah berdemo minta diisi. Ditambah lagi, Sakura melewatkan sarapannya tadi pagi, membuatnya mau tak mau harus mengisi perut sekarang juga.

"Baiklah, aku serahkan sisanya kepada kalian. Jangan lupa setelah ini kalian makan siang, ya."

"Ha'i. Selamat menikmati makan siangmu, senpai."

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now