Chapter 19

963 123 28
                                    

Terik mentari menyinari daratan Konoha dengan berani, mempertontonkan kebolehan sang penguasa langit kepada anak manusia yang satu per satu mulai memenuhi jalanan di negeri api ini. Anak-anak kecil berlarian bersama sekelompok temannya, mungkin sedang dalam perjalanan menuju akademi. Para pedagang mulai menjajakan barang dagangannya, berharap dengan wajah cerah untuk keuntungan besar hari ini.

Di tengah hiruk pikuk suasana pagi, sepasang anak Adam berbeda gender itu melangkah bersama, menyusuri jalanan dengan santai. Perjalanan keduanya diisi dengan obrolan ringan. Sesekali si gadis merona setelah sang pemuda bersuara. Entah apa yang mereka bicarakan. Apapun itu, mari kita dengar seksama.

"Kapan kau akan kembali ke Suna?"

"Kenapa? Kau takut merindukanku?"

Sakura melirik pemuda di sampingnya melalui ekor mata, menatapnya tak niat kemudian mendengus kasar. Gadis itu tak berniat menjawab apapun. Lagipula kenapa Gaara membalas pertanyaannya dengan pertanyaan juga? Bukankah itu menyebalkan?

"Hei, ada apa dengan wajah cemberutmu itu."

Gaara mencolek pipi Sakura dengan jarinya sementara sang empu menatapnya tajam. Melihat bagaimana Sakura menjauhkan pipinya dari jangkauan Gaara membuat pemuda itu terkekeh kecil. Ternyata menjahili Sakura pagi-pagi begini memberikan dampak yang menyenangkan pada suasana hatinya.

"Sudahlah, Gaara-kun. Kenapa kau jadi menyebalkan begini, sih?"

Gaara mengendikkan bahu sejenak sebelum menjawab, "Kau sendiri kenapa jadi menggemaskan begini?"

"Mou!"

Sakura mengembungkan pipi. Kini mereka telah sampai di rumah sakit. Sebenarnya Gaara ada janji dengan Kakashi hari ini. Ada beberapa hal yang perlu dibahas mengenai kerjasama diplomatik antara Konoha dan Suna. Ia telah memerintahkan Temari dan Kankuro untuk duluan pergi ke kantor Hokage. Tanpa banyak bertanya, kedua kakaknya itu menurut saja. Lagipula mereka sudah tau jawaban atas pertanyaan mereka tanpa perlu disuarakan.

"Aku akan menjemputmu nanti. Selamat bekerja."

Sakura tersenyum kala tangan Gaara mendarat di pucuk kepalanya. Gadis itu mengangguk dengan penuh semangat yang kemudian disusul juga oleh senyum pemuda itu.

"Selamat bekerja juga, Gaara-kun."

***

"Jadi, sudah sampai di mana?"

"Hm?"

Gaara menoleh ke arah Kakashi, melempar tatapan heran. Sesaat setelah membahas beberapa hal penting dan menghadiri jamuan terakhir untuk para Kage, Kakashi mengajak Gaara untuk berbicara berdua. Saat ini mereka berada di atas atap gedung Hokage, memandang indahnya Konoha di bawah terik matahari musim semi.

"Hubunganmu dengan Sakura."

Bukan tanpa alasan Kakashi berujar demikian. Sejak kematian kedua orangtua Sakura di perang dunia shinobi dua tahun yang lalu, pria berambut perak itu memutuskan untuk menjadi wali Sakura. Sejak saat itu, tentu saja segala hal yang berhubungan dengan Sakura akan menjadi urusannya. Meski mereka tinggal berpisah, setidaknya Kakashi tetap memiliki peran sebagai sosok ayah bagi gadis itu.

"Sejauh ini baik, Hokage-sama."

"Haahh," Kakashi mendesah malas, merasa jenuh dengan panggilan seperti itu.

"Aku berbicara padamu sebagai wali Sakura, bukan sebagai Hokage, Gaara-kun."

Mendengar Kakashi yang memanggil dirinya dengan akrab membuat Gaara mau tak mau menurut. Pemuda itu mengangguk singkat, mengiyakan permintaan sang Hokage.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now