Epilog

1.1K 82 62
                                    

Suara berisik dari decipan burung membuat sosok wanita dalam balutan selimut hangat kini melenguh, merasa tidak nyaman akibat sebuah suara yang berhasil mengusik tidurnya. Langsung saja sosok bersurai merah muda itu membuka mata, menampakkan kedua iris berwarna hijau jernih yang begitu menyejukkan hati. Hal pertama yang ia tangkap setelah membuka mata adalah pahatan rupa yang mendekati sempurna dari sosok pria yang setia terlelap. Wanita itu tertegun sejenak, mengumpulkan ingatannya yang akhirnya menjawab mengapa ia bisa berakhir dalam rengkuhan pria ini.

Setelah ia mengingatnya, wajahnya langsung memerah tanpa diminta. Terlebih ketika ia menyadari jika keduanya tengah berpenampilan polos tanpa kain apapun yang menutupi tubuh mereka -selain selimut tentunya.

Wanita itu menggeleng kecil, mengenyahkan ingatan tentang kejadian kemarin malam yang sialnya sangat memalukan untuk kembali dikenang. Dengan gerakan perlahan, ia menyingkirkan lengan Gaara yang menindih tubuhnya, kemudian bersiap untuk beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Namun tanpa diduga, wanita itu meringis kala merasakan pusat tubuhnya yang terasa perih. Tak hanya itu, tubuhnya pun terasa pegal saat ini, seolah seluruh tulangnya hampir lepas semua. Satu decakan berhasil lolos dari bibirnya, sedikit tidak menyangka jika pergumulan panas mereka kemarin akan memberikan efek seperti ini.

"Hah, yang benar saja," sungutnya. Kendati demikian, ia tetap memaksakan diri untuk bangkit. Namun baru saja ia menapakkan kaki di lantai, tubuhnya justru jatuh lantaran tak mampu menopang beban tubuhnya. Sakura memekik kecil. Namun beruntung ia tidak mendarat di atas lantai setelah merasakan sebuah lengan yang menahan pinggangnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Sakura menelan ludahnya kasar kala mendengar suara berat nan serak dari sosok di belakangnya. Wanita itu pun membawa dirinya untuk duduk di tepi ranjang dengan posisi membelakangi sang suami, tak berani berbalik dalam keadaan telanjang seperti ini.

"Sakura?"

"I-itu, aku, aku mau m-mandi."

Jawaban tergagap dari sang wanita musim semi membuat Gaara tersenyum simpul. Ia pun memiringkan tubuhnya, menatap punggung sempit sang istri yang sudah banyak dijejaki oleh karya dari mulutnya- penuh dengan tanda kemerahan. Satu tangannya terulur, mengusap lembut punggung tersebut yang membuat darah Sakura berdesir hebat karenanya.

"Apakah sakit?" tanya pria itu. Sakura mengangguk kaku, tak berani bersuara lantaran terlalu malu karena baru saja tergagap.

"Ayo."

"Eh?"

Belum sempat sadar dari rasa terkejutnya, Sakura merasakan tubuhnya melayang kala sepasang tangan kekar itu mengangkat tubuhnya, membawa dua insan tersebut menuju kamar mandi. Demi apapun, wanita itu tak tau harus melakukan apa selain menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang suami, begitu malu hanya untuk sekedar bertatap muka dengannya. Beberapa saat setelahnya, Gaara mendudukkan tubuh Sakura di dalam bath up, menghidupkan keran yang berada di ujungnya dan membuat air hangat mengucur membasahi tubuh Sakura. Sang wanita musim semi jangan ditanyakan lagi. Bahkan ketika Gaara tak kunjung beranjak, ia setia menundukkan pandangannya.

"Kenapa?"

Satu kata tersebut rasanya sangat menjengkelkan bagi Sakura. Wanita bersurai bak gulali itu membuang pandangan, merasa jika tembok di sisinya lebih aman untuk dilihat dibandingkan tubuh sang suami yang setia telanjang di sisinya.

"K-keluarlah."

"Untuk apa?"

"Aku mau mandi, shannaro!" seru Sakura, tak mampu menahan rasa kesalnya lebih lama. Sesaat tak ada lagi sahutan dari pria bersurai merah itu, membuat Sakura menarik napas lega. Namun kedua mata beriris emerald itu membulat sempurna kala mendapati sang suami menjejakkan kaki di dalam bath up, ikut berendam di sana dengan posisi berhadapan dengan Sakura.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now