Chapter 38

576 79 8
                                    

Suasana sunyi serta pencahayaan yang terbatas tak kunjung menyurutkan semangat seorang pemuda berambut abu-abu yang saat ini masih berlari, menyusuri jengkal demi jengkal setiap ruangan di tempat asing ini. Setelah berhasil menyusup ke dalam tempat persembunyian Nakamura Hisobu –sosok yang begitu ia benci setengah mati, tanpa membuang waktu ia langsung mencari keberadaan sang adik yang telah lama disembunyikan oleh pria tua itu, menjadikan gadis kecil nan lugu itu sebagai sandera guna menjebaknya ke dalam situasi rumit.

Ia terus berlari tanpa gentar, memeriksa setiap ruangan yang ia lewati sambil bersembunyi agar tidak ketahuan oleh penjaga. Tak jarang pertarungan kecil pun terjadi namun hal itu bukanlah masalah. Ia adalah orang yang kuat dan semua orang mengetahui hal itu.

Shira menghela napas kasar. Ia mencengkram surainya, pertanda ia begitu frustasi saat ini. pemuda itu memukul dinding di sisinya, melampiaskan amarah serta rasa khawatir yang tak berujung.

"Dimana kau menyembunyikan adikku, sialan," desis Shira. Pemuda itu membuang napas kasar lalu menegakkan tubuh, bersiap untuk kembali berlari sebelum satu dentuman berhasil membuatnya mengurungkan niat. Pemuda itu mendongak, mendapati langit-langit dari tempatnya berpijak langsung runtuh, membuat tubuhnya bergerak guna menghindari reruntuhan batu tersebut.

Pemuda itu memicingkan mata, berusaha menaruh fokus pada sosok yang baru saja menapakkan kaki dengan mulus dari bangunan lantai atas tersebut. Setelah debu-debu menipis, ia menemukan eksistensi seorang gadis berambut pendek kemudian membulatkan mata, menatap tak percaya ke arahnya.

"Kau –Haruno Sakura, kah?"

Gadis berambut merah muda itu berbalik, menatap sosok yang baru saja memanggil namanya. Keningnya kini mengerut, bersamaan dengan kedua alisnya yang hampir bertautan.

"Apakah aku mengenalmu?" Tanya Sakura kemudian memasang kuda-kuda, siap untuk menyerang jika pemuda ini merupakan komplotan si tua bangka yang merupakan musuhnya saat ini.

"Ah, kau mungkin tidak mengenalku, tapi aku tau beberapa hal tentangmu."

Shira mengangkat kedua tangannya, pertanda jika ia tidak bermaksud untuk melakukan apapun terhadap Sakura sementara gadis musim semi itu tak kunjung mengendurkan ekspresinya. Akhirnya setelah beberapa saat, Sakura memilih untuk percaya.

"Sudah kuduga kau akan mudah lepas dari rantai itu. Aku sengaja tidak mengatakan kekuatanmu yang sebenarnya kepada Nakamura-sama untuk hal ini."

"Wah, jadi kau informan yang menipu si tua bangka itu, ya?"

Shira terkekeh kecil. Ia pun mengangguk lalu berkata, "Aku tidak tau apakah itu benar atau salah, tapi aku cukup bangga mengakuinya."

Sakura terkikik geli. Ia melihat tubuh Hisobu yang terkapar tidak jauh darinya. Entahlah, mungkin ia pingsan karena shock atau sejenisnya? Sakura tidak mau ambil pusing. Ia pun memutuskan untuk mengabaikan pria itu setelah meyakini jika ia tidak mengalami cedera serius. Sakura membalikkan badan, menatap Shira dengan serius lalu berkata, "Jadi, apakah kau adalah salah satu anak buahnya?"

Shinra menggeleng. "Aku terpaksa mencari informasi tentang dirimu demi menyelamatkan adikku. Nakamura-sama telah menyandera adikku sejak dua minggu yang lalu. Sekarang adalah kesempatanku untuk menyelamatkannya."

"Apa katamu?"

Sakura membulatkan mata tak percaya. Ia sedikit tidak menyangka jika Hisobu sampai hati menggunakan cara sekotor ini. menyandera seseorang? Bahkan Sakura tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Sunagakure jika kudeta itu sungguh terjadi dan pemerintahan berhasil jatuh ke tangannya. Belum melakukan pemberontakan saja sudah begini, apalagi hal buruk yang akan terjadi jika orang sepertinya menguasai seluruh desa nanti?

Cicatrize ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt