Chapter 20

911 122 18
                                    

Gelap. Setiap sudut ruangan berukuran empat kali lima ini tampak suram. Tak ada sedikitpun cahaya berani memasuki ruangan ini, walau hanya setitik. Tepat di atas ranjang, seorang gadis tengah duduk memangku lututnya di tengah gelap ditemani hening. Kepalanya tertunduk, bersandar nyaman di atas lutut yang tertekuk di depan dada. Sudah berjam-jam ia bertahan dalam posisi ini dan tak ada pula tanda-tanda untuk mengubah posisinya.

Detak jarum jam mengisi ruangan, mengiringi deru napas stabil sang gadis. Tak ada yang salah dengan suasana ini. Hal seperti ini harusnya layak untuk mengisi hari di pukul tiga pagi. Namun yang tak biasa adalah, gadis itu setia terjaga. Ia tak tertidur. Ia masih bangun, tetapi ia tak melakukan apapun- lebih tepatnya tak berminat melakukan apapun walau hanya sekedar memejamkan mata.

Bayangan sosok pemuda raven yang telah lama ia rindukan terluka di depannya, membuatnya cukup merasa terusik. Bagaimana sosok itu berbicara terbata-bata, napas yang tersendat, dan tubuh yang sudah tak lagi mampu tertolong terus menghantui pikiran gadis itu. Tak ada alasan bagi Sakura untuk terpejam, sementara pikirannya masih terbayang akan kejadian beberapa jam yang lalu. Saat itu adalah hal yang paling berat baginya setelah kematian kedua orangtuanya. Di mana dengan isak tangis, ia mengumumkan kematian sosok rekan satu tim sekaligus pujaan hatinya sejak kecil.

"Nama pasien- Uchiha.. Sasuke. Meninggal di pukul- satu lewat- enam belas menit. Penyebab.. Peradangan pada.. alveolus.. dan.. syarafnya.."

Astaga, kalimat itu. Bagaimana bisa bibirnya menyuarakan rangkaian kata tak berguna seperti itu? Bagaimana mungkin ia bisa sanggup mengucapkan kalimat itu kepada rekannya?

"Aaarrghh!!"

Sakura menjambak surai merah mudanya. Ia hancur. Ia hancur tak terbentuk. Kehilangan sosok yang dicintai bukanlah hal yang mudah. Ia sudah kehilangan kedua orangtuanya. Mengapa Tuhan masih juga merenggut nyawa orang yang begitu ia cintai sepenuh hati? Mengapa Tuhan begitu ingin melihatnya menangis dan terpuruk untuk kedua kali?

Sejak dulu, takdir berjalan dengan begitu congkak padanya. Saat ia masih genin, takdir telah membawa Sasuke pergi menjauh darinya. Bahkan ketika mereka bertemu kembali beberapa tahun kemudian, Sasuke masih saja tidak bisa dijangkau. Hingga akhirnya mereka dipertemukan kembali di Perang Dunia Shinobi Keempat, bertarung bersama demi mewujudkan perdamaian yang diidamkan oleh semua orang. Namun setelahnya mereka kembali berpisah, di mana Sasuke berkelana sebagai penebusan dosanya dan Sakura tetap saja setia menunggu di desa.

"Mungkin lain kali."

"Terima kasih."

Ketukan lembut di dahinya masih terasa nyata baginya. Rasanya baru kemarin pemuda itu melakukan kontak fisik yang sukses membuat jantungnya berdebar kencang. Mungkin lain kali. Kalimat itu terdengar seperti sebuah janji dimana Sasuke akan kembali padanya lalu mengajaknya untuk berkelana bersama, menatap dan menikmati dunia luar, menghabiskan waktu yang panjang berdua.

Ia pikir, ia sudah selangkah lebih dekat untuk bisa bersama Sasuke, perasaannya terbalas dan mereka menempuh sisa hidup mereka bersama.

Ya, awalnya Sakura berangan-angan seperti itu. Tapi takdir kembali mempermainkan keduanya. Tak puas mereka dipisahkan oleh jarak, kini mereka harus dipisahkan oleh maut.

"Aku mencintaimu, Sakura. Sangat mencintaimu."

Sakura kian terisak. Gadis itu memukul kepalanya beberapa kali, berharap jika suara parau Sasuke yang semakin lemah di setiap waktu hilang di dalam pikirannya. Sakura tak tau harus apa untuk melampiaskan perasannya sekarang. Mengabaikan kepalanya yang semakin memberat, gadis itu terus menyakiti diirnya sendiri, tak lagi mempedulikan jika hal tersebut bisa berdampak buruk untuknya.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now