Chapter 12

1K 145 7
                                    

Perlahan bentangan langit gelap mulai memudar, tergantikan dengan warna lembut yang begitu memanjakan mata. Sang mentari seperti biasa hadir perlahan, menduduki singgasananya untuk separuh waktu ke depan. Semilir angin berhembus pelan, menghantarkan sensasi sejuk bagi siapapun. Hari telah berganti, dan Konoha masih diselimuti salju sekarang ini.

Sakura memejamkan mata kala hembusan angin menyentuh kulit wajahnya tanpa permisi. Ia menikmati bagaimana sentuhan itu menyapu tipis paras ayunya. Kedua tangannya ia sembunyikan di balik kantung mantel kemudian kembali membuka mata, melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti.

"Selamat datang!"

Sakura tersenyum sebagai respon. Ia segera mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mencari sosok wanita yang akan ia temui hari ini. Setelah mendapati sosok tersebut, ia segera mendekatinya kemudian duduk di depannya dengan senyum yang tak kunjung luntur.

"Bagaimana kabarmu, Sakura? Apakah kau terluka setelah dari misi kemarin?"

"Aku baik-baik saja, shisou. Terima kasih."

Tsunade tersenyum mendengarnya. Ia menuang sake pada gelas kecil di depannya kemudian mengenggaknya dalam satu tegukan. Sakura terkekeh kecil lalu menyantap dango yang sudah tersajikan di depannya.

"Ini masih terlalu pagi untuk mabuk, Tsunade-sama," gurau Sakura kemudian meloloskan satu bola kecil itu ke dalam mulutnya.

"Ini juga masih terlalu pagi untuk menyantap makanan manis," ujar Tsunade.

Sakura tak mempedulikan hal itu. Selagi Tsunade berbaik hati untuk mentraktir hari ini, maka kesempatan itu tak boleh terbuang sia-sia. Gadis itu segera menghabiskan satu piring dango tersebut tanpa bersuara. Setelahnya ia meminum teh di sampingnya lalu membuang pandangannya ke luar jendela.

Pikiran gadis itu melayang ke segala arah, masih juga memikirkan hal yang sama seperti kemarin. Apakah perasaannya telah berubah? Apakah ini pertanda jika Sasuke tidak ditakdirkan untuk bersamanya?

Ah, memikirkan semua ini membuat kepalanya pusing.

"Ada apa dengan wajah murungmu itu? Tidak biasanya."

"Tsunade-sama."

"Hm?"

"Apakah perasaan seseorang bisa berubah kapan saja?"

Tsunade tersentak, mengerti kemana arah pembicaraan ini akan mengalir. Wanita itu tersenyum tipis lalu berkata, "Berubah bagaimana?"

"Entahlah, aku juga tidak tau," gumam gadis itu. Ia menopang dagu dengan sebelah tangannya, menatap kosong pada segelas teh hangat yang disajikan bersama dango sebelumnya.

"Begini, Tsunade-sama. Aku punya seorang teman. Dia sudah lama mencintai pria A namun sampai sekarang pria A ini tak kunjung membalas cintanya. Meski demikian, temanku tetap menunggunya walau entah sampai kapan," jelas Sakura mengawali kisahnya. Dalam hati ia meringis, sedikit menyesal karena harus berbohong lantaran tidak siap mengungkapkan yang sebenarnya. Bagaimana pun Tsunade merupakan sosok yang begitu ia hormati sejak lama, rasanya sedikit kurang pantas baginya jika ia membicarakan maslaah pribadi pada guru sekaligus mantan Hokage tersebut.

"Lalu suatu ketika, dia bertemu dengan pria B. Ternyata pria B ini mengaku jika dia menyukai temanku. Pria B juga sadar jika temanku menyukai pria A tetapi dia tetap meminta kesempatan untuk berjuang. Temanku akhirnya tidak punya pilihan lalu mengiyakan permintaan si pria B."

Melihat Tsunade menganggukkan kepalanya, Sakura semakin bersemangat untuk bercerita."Kemarin aku bertemu temanku. Aku bertanya padanya mengenai pria A dan B itu. Ternyata, temanku tiba-tiba bingung dengan perasaannya sendiri. Dia sadar jika dia masih mencintai pria A, tetapi dia juga merasakan getaran yang sama terhadap pria B. Apakah itu artinya, perasaan temanku telah berubah? Apa dia mulai mencintai pria B?"

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now