Chapter 42

719 82 17
                                    

Sinar mentari menghiasi seisi bumi dengan gagah berani, menghiasi daratan Konohagakure yang secara perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Udara hangat mengiringi langkah setiap insan yang tampak bersemangat untuk memulai hari. Lupakan segala hal buruk yang terjadi kemarin, marilah kita sambut kenangan baru dengan semangat musim panas yang hangat.

Hari baru akan dimulai.

Benar, segala sesuatu yang baru akan dimulai hari ini. Mungkin bagi beberapa orang, hal ini merupakan hal yang biasa. Namun lain halnya dnegan sepasang anak Adam yang kini tengah berlutut di hadapan dua buah batu nisan yang mengukir nama indah dari sosok yang begitu berarti bagi salah satunya. Kedua tangan mereka saling menangkup di depan dada, memanjatkan doa kepada Tuhan untuk keselamatan serta kebahagiaan pasangan suami istri yang telah lama menempati sisi lain dari dunia fana.

Haruno Kizashi

Haruno Mebuki

Batin Sakura berbisik lirih, mengutarakan kerinduan yang amat besar pada kedua orangtuanya. Setetes air mata berhasil lolos, menunjukkan seberapa besar rasa rindu itu telah bersarang di dalam dadanya.

"Ayah, ibu, aku datang."

Sakura mulai membuka suara sembari mencabuti rumput liar di sekitar makam kedua orangtuanya.

"Hari ini sedikit spesial, karena aku tidak datang sendirian." Sakura melirik pemuda di sampingnya.

"Selamat pagi, paman, bibi. Namaku Sabaku no Gaara, kekasih Sakura."

Tawa Sakura menyembur begitu saja.

"Jika ayah masih ada dan kau sungguh berkata seperti itu, dia pasti akan berteriak dan meninjumu."

Gaara tersenyum tipis di sisinya. "Benarkah? Kurasa dia akan mengajakku minum kopi bersama nanti."

"Percaya diri sekali," sinis Sakura.

Percakapan mereka terhenti sejenak, hingga setelah beberapa saat, Sakura kembali bersuara. "Aku selalu mendoakan kalian di sini, berharap jika kalian akan selalu baik-baik saja di sana. Jangan khawatirkan aku lagi. Karena aku sudah memiliki seseorang yang akan terus kurepotkan setelah ini."

Gaara pun mendengus. Namun ia tak menyahut apapun ketika mendapati tatapan Sakura yang berubah sendu.

"Aku bahagia, ayah, ibu. Terima kasih karena telah mempercayakan semuanya padaku. Aku tidak menyesali apapun, sungguh. Tapi andai waktu bisa diputar ulang, aku ingin kami berhadapan langsung dengan kalian untuk mengatakan ini."

Perlahan tatapan sendu itu sukses membuat air matanya luruh. Sinar cerah sang surya seolah tak cukup untuk menyinari suasana hati sang gadis yang tengah berkabung. Sekian tahun pun rasanya masih kurang bagi Sakura untuk melupakan betapa sesak akan rasa kehilangan. Gadis itu terisak kecil sementara Gaara dengan sigap merangkul pundak gadisnya, menyalurkan kekuatan agar Sakura merasa lebih baik.

Pemuda mengecup lembut pucuk kepala Sakura lalu menghadap dua batu nisan di depannya dengan wajah serius. Setelah menganggap Sakura tengah menata suasana hati, Gaara pun mengutarakan kalimat yang sejak kemarin bercokol dalam benaknya.

"Paman, bibi, terima kasih karena telah menghadirkan Sakura di dunia ini. Aku tidak tau apakah kalian percaya ini atau tidak, tapi kehadiran Sakura telah berhasil membuatku berubah menjadi lebih baik, membuat hidupku yang sebelumnya begitu mengerikan menjadi berarti."

Gaara menarik napas panjang. "Karena dia, aku tau apa arti mencintai dan dicintai, lalu indahnya dunia ketika hidup berdampingan dengan cinta itu. Aku bebas dari jeratan masa lalu yang gelap berkat dia. Entah kalian menyadari atau tidak, tapi kehadiran putri kalian di dunia ini begitu berarti untukku."

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now