Chapter 3

1.4K 168 25
                                    

"Jadi, ujian chunin akan dilaksanakan di Konoha saja, begitu?"

"Benar. Saat ini iklim di Sunagakure sedang tidak stabil sampai beberapa bulan ke depan, sementara akan butuh waktu yang cukup lama jika kita menunggu saat itu tiba. Kita tak bisa menunda ujian ini terus-menerus."

Kakashi pun mengangguk, menyanggupi keinginan sang Kazekage bersamaan dengan para Kage lain. Kedatangan Gaara ke Konohagakure bukanlah tanpa alasan. Ia memiliki pertemuan dengan kelima kage untuk membalas agenda ujian chunin. Pertemuan berjalan dengan baik meski Gaara sesekali merintih atau memijat kepalanya yang masih pusing. Tampaknya pemuda ini belum sepenuhnya pulih dari mabuknya.

"Kau terlihat kurang fokus, Gaara-kun. Apa kau sedang sakit?" tanya Mei yang menyadari keanehan Gaara.

Gaara menggelengkan kepala. Ia meneguk teh yang disajikan di depannya lalu berkata, "Tidak, aku baik."

"Oh ya? Tentu saja kau sangat baik setelah semalaman bersama dengan anak gadisku," jawab Kakashi dengan mata menyipit, tersenyum lebar di balik maskernya.

Penuturan dari Kakashi membuat para kage beserta tangan kanannya terkejut, tentu saja mereka tau siapa anak gadisku yang dimaksud olehnya. Berbeda dengan mereka, Gaara justru tersedak teh yang baru saja mengalir menuju tenggorokannya. Perkataan Kakashi memanglah tak salah, namun entah mengapa makna tersirat di balik kalimat tersebut terdengar sangat ambigu.

Dalam hati sang Rokudaime Hokage itu, ia menuturkan ribuan terima kasih pada Naruto atas mulut besarnya sehingga ia bisa tau info terkini yang sedang hangat diperbincangkan oleh circle muridnya itu. Kebetulan tadi mereka berpapasan saat dalam perjalanan menuju kantor Hokage. Tadinya Kakashi mengira jika itu hanyalah bualan Naruto semata. Namun melihat bagaimana reaksi pemuda ini membuat Kakashi yakin jika hal itu benar adanya.

"Benarkah? Apakah Kage muda kita ini akan segera melepas masa lajangnya? Hahaha."

Tawa renyah dari seorang Tsucikage, Oohnoki membuat semua orang ikut tertawa. Di balik punggung Gaara, Temari tersenyum penuh arti, mendapatkan jawaban yang paling tepat mengenai kepergian sang adik dari tadi malam.

***

"Jadi, ternyata kau bermalam bersama Sakura, ya? Bukannya pulang larut malam lalu pergi pagi buta seperti yang kau katakan tadi?"

"Berisik."

Temari tertawa kecil mendengar gerutuan sang adik. Ia pun berdeham sejenak lalu berkata, "Ya, ya, terserah kau saja. Aku paham jika kau hampir kehilangan masa muda karena pekerjaan beratmu ini."

Keduanya pun melanjutkan langkah mereka. Kini hening menyelimuti keduanya, tak ada yang buka suara sampai beberapa saat kemudian. Entah atas dorongan apa, Temari menatap Gaara yang kebetulan tengah menatapnya. Gadis berambut pirang itu terkekeh, menyadari gelagat sang adik yang tak biasa ia tunjukkan.

"Kau ingin membicarakan apa, sih? Katakan saja."

"Aneue."

"Hm?"

"Ano- aku tidak tau bagaimana mengatakannya kepada dia."

Temari mengangguk, sudah paham dengan objek 'dia' yang dimaksud oleh Gaara. Meski memalukan, ia memaklumi pertanyaan yang diajukan oleh sang adik. Selama dua puluh lima tahun dalam hidupnya, Gaara hanya dekat dengan satu orang wanita, dan itu adalah kakak kandungnya, bukan yang lain.

"Hm, kurasa akan sulit. Tapi kau harus mencobanya."

"Bagaimana caranya?"

"Pertama, ayo kita harus singgah ke kedai itu dulu."

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now