Chapter 6

1.2K 162 12
                                    

"Gaara. Bangunlah lalu sarapan. Aku sudah menyiapkan bubur."

"Gaara!"

"Oi, Gaara!"

Temari mengernyitkan dahi. Tak biasanya sang adik sudah dibangunkan seperti saat ini. Ia pun segera melangkah menuju kamar Gaara. Mungkin karena efek demam membuat Gaara tidur terlalu pulas sehingga tak menyadari teriakan sang kakak sejak tadi.

"Gaara, bangunlah. Aku sudah menyiap- arre?"

Temari mengerjapkan mata kemudian menguceknya. Setelah memastikan pemandangan di depannya nyata, ia kembali berteriak heboh.

"EEEHHH?!"

Gadis berambut pirang itu lemas, ia tak menyangka jika adiknya yang dingin dan cuek itu bisa melakukan hal tak pantas begini pada seorang gadis, apalagi gadis itu adalah teman dekatnya. Pantas saja ia tidak mendapati Sakura sejak menyuruhnya mengantar makan malam untuk Gaara. Temari mengira jika Sakura sudah pulang duluan karena terlalu lama menunggunya mandi. Namun ternyata, yang terjadi justru hal yang tak terduga.

Temari pun melangkah pelan. Dengan mata tajam, ia menatap Gaara yang masih setia memeluk Sakura dan Sakura yang memberikan tatapan memohon pada Temari.

"Tidak akan kubiarkan, kau berbuat sesukamu pada temanku, setan merah!"

BUGH

***

Sakura mengobati luka pada wajah Gaara seraya menahan tawa. Sebisa mungkin, gadis itu menahan bibirnya untuk tersenyum. Gaara yang melihat hal itu ikut kesal, tak menyangka jika satu kartu yang ia simpan rapat-rapat akan terkuak di depan orang lain.

"Jika ingin tertawa, tertawa saja. Aku tidak akan memukulmu seperti yang Temari lakukan."

Detik itu pula, tawa Sakura meledak. Demi Tuhan, ia tak percaya ini. Maksudnya, hey- siapa sih yang menyangka jika sang Kazekage tampan pujaan para gadis ini ternyata sering menjadi samsak tinju kakaknya? Fakta yang baru saja terkuak beberapa menit yang lalu itu tentu membuat Sakura puas. Ternyata, si Kazekage ini tak sesempurna yang orang-orang bayangkan.

"Tapi serius- hahaha, kau ternyata bisa takut pada kakakmu sendiri, Kazekage-sama. Siapa yang membayangkan jika kau ternyata dipukuli hampir setiap hari oleh kakakmu- ahahaha."

Sejujurnya Sakura sudah bangun bahkan jauh sebelum Temari memanggilnya. Seperti biasa, tidur di tempat orang lain membuat dirinya tidak betah. Sakura akan sulit tidur jika ia berada di tempat yang asing. Ditambah lagi, posisi dirinya dalam pelukan sang Kazekage juga membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Percayalah, dalam sepuluh jam Gaara tertidur, tidak sedikitpun posisi mereka bergeser, bahkm rengkuhan pemuda itu tak kunjung melonggar. Luar biasa.

"Tertawalah, Sakura. Aku ikut senang jika kau senang."

Sakura pun menghentikan tawanya. Bisa kena masalah dia jika terus-terusan bersikap kurang ajar kepada Kazekage muda ini. Sakura menghela napas. Ia kembali fokus kepada luka Gaara lalu berkata, "Melihatmu dengan Temari seperti itu, kurasa kau ini adalah tipe pria yang kelak akan takut pada istri. Astaga lucu sekali," goda Sakura kembali.

Belum selesai juga ya? Batin Gaara.

"Tidak, aku bukan orang yang seperti itu," sanggah Gaara.

Sakura pun ikut tersenyum mendengarnya. Ia berkata, "Oh benarkah? Kalau aku sih, pasti akan membuat suamiku bertekuk lutut padaku. Biar dia tau, jika dia tidak bisa macam-macam denganku."

Gaara ikut tersenyum mendengarnya lalu menjawab, "Kalau begitu aku tarik kata-kataku. Sepertinya aku akan takut padamu nanti."

Seketika wajah Sakura memanas. Semburat merah tipis pun tak dapat ia sembunyikan. Sakura paham betul apa maksud ucapan Gaara, tetapi terlalu percaya diri pun juga bukan hal yang baik, kan?

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now